Friday, April 29, 2011

BERSYUKUR

Suatu saat, ada seseorang yang sedang termenung memikirkan nasibnya yang serasa tidak pernah beruntung. Saat sedang berjalan-jalan ia menoleh keatas dan melihat beberapa ekor burung sedang terbang, lalu ia berfikir, “alangkah enaknya burung itu, bisa terbang kemanapun ia pergi. Ia dapat makan dimanapun dan kapanpun.”

Saking asyiknya berkhayal ia tiba-tiba dikejutkan oleh suara tembakan. Ternyata itu adalah tembakan senapan angin dari orang iseng dan tepat mengenai burung yang dilihatnya tadi.

Ia melanjutkan perjalanannya dan ia tiba ditepi sebuah kolam. Ia melihat ada sekelompok ikan sedang berenang kesana kemari, lalu ia berfikir, “alangkah enaknya ikan itu. Dimanapun ia bisa makan, ia tidak perlu bekerja dan hanya berenang. Ia tidak perlu terpanggang teriknya panas matahari.”

Sedang asyik melamun, tiba-tiba ia terkaget lagi. Ikan yang tadi dilihatnya telah dijala oleh seorang pelancong bersama temannya dan segera membawa ikan itu ke perapian untuk dibakar. Kemudian, orang itu melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya ditaman, ia melihat seorang anak sedang bermain dengan anjing kesayangannya. Lalu berfikirlah ia, “alangkah enaknya anjing itu. Ia disayang tuannya, dibelai tuannya, diberi makan oleh tuannya, dan diajak jalan-jalan oleh tuannya, bahkan ia bermain bersama tuannya.”
Lalu, ia melihat anjing yang diamatinya tadi tiba-tiba berlari kearah jalan raya dan anjing tersebut ditabrak oleh mobil yang sedang lewat dan langsung mati. Tuannya menangis melihat anjing kesayangannya mati.

Ia melanjutkan perjalanannya dan melewati sebuah rumah yang sangat mewah. Di halaman depan rumah tersebut ada seorang anak yang kira-kira umurnya 12 tahun yang sedang duduk dikursi santai sambil disuapi makanan kecil oleh ibunya, lalu ia berfikir,”alangkah enaknya anak itu. Apa saja yang ia butuhkan terpenuhi. Ia sangat disayangi dan dimanja oleh orang tuanya, sepertinya ia memiliki segalanya.”

Lalu keluarlah ayah anak itu dan kemudian ibunya berkata,”waktunya mandi!” Ayah anak itu  kemudian membopong anak itu kedalam rumah. Namun, mengapa dibopong? Ternyata, ditengah keberadaan orang tuanya, anak tersebut mengalami kelumpuhan sejak lahir dan tidak bisa berjalan sama sekali.

kadang kita sering membandingkan keadaan sesuatu/seseorang dengan keadaan kita yang sekarang yang mungkin kurang baik. Padahal, ditengah enaknya kehidupan burung, iapun bisa mati karena ditembak. Ikanpun berakhir diperapian. Piaraan kesayangan bisa mati ditabrak. Anak yang berkelimpahan ternyata tidak sebaik orang yang bisa berjalan, berlari, dan beraktivitas dengan leluasa. Sebenarnya, yang terjadi adalah kita tidak realistis, tidak menerima kenyataan bahwa seperti inilah kita.

Entah apa yang kita alami hari ke hari, inilah kita. Kita ada sebagaimana adanya kita. Kita hidup, menghirup udara yang sama. Banyak orang yang lebih tidak beruntung dari kita ditengah ketidakberuntungan kita. Tidak perlu menuntut, hidup harus berjalan karena sudah ada yang mengatur. Manusia tidak bisa mengubah takdirnya, tetapi ia masih bisa berusaha mengubah nasibnya. Tuhan bukanlah pribadi yang suka menutup telinganya bagi doa manusia, tetapi sangat disayangkan manusia enggan bertindak untuk membawa perubahan. Semua tindakan manusia yang diserahkan kepada Tuhan niscaya diberkati, tetapi apakah totalitas dari sebuah penyerahan itu sudah dilakukan?
Satu hal lagi yang sangat penting, yaitu bersyukur. Bersyukur dikala gagal, bersyukur saat berhasil. “Saya hanya berusaha dan berdoa, hanya itu yang bisa saya lakukan dan selanjutnya biarlah Tuhan yang bertindak.” Dengan bersyukur, orang tidak akan kecewa ketika ia gagal dan tidak akan tinggi hati ketika ia berhasil.