Suatu saat, ada seseorang yang sedang termenung memikirkan nasibnya
yang serasa tidak pernah beruntung. Saat sedang berjalan-jalan ia
menoleh keatas dan melihat beberapa ekor burung sedang terbang, lalu ia
berfikir, “alangkah enaknya burung itu, bisa terbang kemanapun ia pergi.
Ia dapat makan dimanapun dan kapanpun.”
Saking asyiknya berkhayal
ia tiba-tiba dikejutkan oleh suara tembakan. Ternyata itu adalah
tembakan senapan angin dari orang iseng dan tepat mengenai burung yang
dilihatnya tadi.
Ia melanjutkan perjalanannya dan ia tiba ditepi
sebuah kolam. Ia melihat ada sekelompok ikan sedang berenang kesana
kemari, lalu ia berfikir, “alangkah enaknya ikan itu. Dimanapun ia bisa
makan, ia tidak perlu bekerja dan hanya berenang. Ia tidak perlu
terpanggang teriknya panas matahari.”
Sedang asyik melamun,
tiba-tiba ia terkaget lagi. Ikan yang tadi dilihatnya telah dijala oleh
seorang pelancong bersama temannya dan segera membawa ikan itu ke
perapian untuk dibakar. Kemudian, orang itu melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya
ditaman, ia melihat seorang anak sedang bermain dengan anjing
kesayangannya. Lalu berfikirlah ia, “alangkah enaknya anjing itu. Ia
disayang tuannya, dibelai tuannya, diberi makan oleh tuannya, dan diajak
jalan-jalan oleh tuannya, bahkan ia bermain bersama tuannya.”
Lalu,
ia melihat anjing yang diamatinya tadi tiba-tiba berlari kearah jalan
raya dan anjing tersebut ditabrak oleh mobil yang sedang lewat dan
langsung mati. Tuannya menangis melihat anjing kesayangannya mati.
Ia
melanjutkan perjalanannya dan melewati sebuah rumah yang sangat mewah.
Di halaman depan rumah tersebut ada seorang anak yang kira-kira umurnya
12 tahun yang sedang duduk dikursi santai sambil disuapi makanan kecil
oleh ibunya, lalu ia berfikir,”alangkah enaknya anak itu. Apa saja yang
ia butuhkan terpenuhi. Ia sangat disayangi dan dimanja oleh orang
tuanya, sepertinya ia memiliki segalanya.”
Lalu keluarlah ayah
anak itu dan kemudian ibunya berkata,”waktunya mandi!” Ayah anak itu
kemudian membopong anak itu kedalam rumah. Namun, mengapa dibopong?
Ternyata, ditengah keberadaan orang tuanya, anak tersebut mengalami
kelumpuhan sejak lahir dan tidak bisa berjalan sama sekali.
kadang kita sering membandingkan keadaan sesuatu/seseorang dengan
keadaan kita yang sekarang yang mungkin kurang baik. Padahal, ditengah
enaknya kehidupan burung, iapun bisa mati karena ditembak. Ikanpun
berakhir diperapian. Piaraan kesayangan bisa mati ditabrak. Anak yang
berkelimpahan ternyata tidak sebaik orang yang bisa berjalan, berlari,
dan beraktivitas dengan leluasa. Sebenarnya, yang terjadi adalah kita
tidak realistis, tidak menerima kenyataan bahwa seperti inilah kita.
Entah
apa yang kita alami hari ke hari, inilah kita. Kita ada sebagaimana
adanya kita. Kita hidup, menghirup udara yang sama. Banyak orang yang
lebih tidak beruntung dari kita ditengah ketidakberuntungan kita. Tidak
perlu menuntut, hidup harus berjalan karena sudah ada yang mengatur.
Manusia tidak bisa mengubah takdirnya, tetapi ia masih bisa berusaha
mengubah nasibnya. Tuhan bukanlah pribadi yang suka menutup telinganya
bagi doa manusia, tetapi sangat disayangkan manusia enggan bertindak
untuk membawa perubahan. Semua tindakan manusia yang diserahkan kepada
Tuhan niscaya diberkati, tetapi apakah totalitas dari sebuah penyerahan
itu sudah dilakukan?
Satu hal lagi yang sangat penting, yaitu
bersyukur. Bersyukur dikala gagal, bersyukur saat berhasil. “Saya hanya
berusaha dan berdoa, hanya itu yang bisa saya lakukan dan selanjutnya
biarlah Tuhan yang bertindak.” Dengan bersyukur, orang tidak akan kecewa
ketika ia gagal dan tidak akan tinggi hati ketika ia berhasil.