Mungkin anda pernah membaca
alkitab tentang “perumpamaan tentang talenta”. Anda bisa menemukannya di matius
25 : 14 – 30. Di sana diumpamakan ada tiga orang hamba yang di beri
masing-masing lima, dua, dan satu talenta oleh tuannya untuk dijalankan agar
didapatkan laba. Kemudian, yang menerima lima dan dua talenta itu menjalankan
dan mendapatkan laba. Namun, yang menerima satu talenta tidak menjalankannya
dan akhirnya ia dilempar. Saya hanya ingin meninjau si penerima satu talenta
tersebut. Semoga bermanfaat.
Sebelum memulai, saya ingin mulai
dengan talenta itu sendiri. Apa gerangan talenta? Di kutip dari kamus alkitab,
talenta adalah ukuran timbangan sebesar 3000 syikal = kurang lebih 34 kilogram
. Dalam perjanjian baru ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya, yaitu
6000 dinar. Dalam hal ini, saya akan mengambil definisi yang kedua karena
perumpamaan tentang talenta memang tertulis di perjanjian baru. Di perjanjian baru,
dinar merupakan satuan uang yang dipakai untuk menggaji seorang upahan perhari
(matius 20 :2). Mari kita berhitung. jika satu hari seorang upahan digaji satu
dinar dan satu talenta bernilai sama dengan 6000 dinar, diperlukan 6000 hari
bekerja sebagai upahan untuk mengumpulkan satu talenta (jika uang tersebut
tidak digunakan). 6000 hari = 16,44 tahun sehingga diperlukan waktu selama 16
tahun bekerja sebagai upahan setiap hari tanpa henti untuk mengumpulkan satu
talenta. Jadi, sangat terlihat bahwasanya satu talenta itu adalah uang yang
sangat banyak. Jika satu talenta sudah sangat banyak, tentunya 2 talenta,
apalagi 5 talenta lebih banyak lagi, bukan?
Didalam alkitab KJV, kata yang
dipakai untuk menyebut talenta pada perikop diatas adalah “talent”, yang
berarti bakat. Sebenarnya, penggunaan kata “talent” disini sedikit membelokkan
makna sebenarnya dari talenta yang dimaksudkan dalam perikop diatas. Namun,
kita bisa mengambil sebuah implikasi tak langsung bahwa pada dasarnya baik
bakat maupun uang adalah berkat Tuhan. Jadi, kita bisa sedikit menyimpulkan
bahwasanya secara umum, talenta yang dimaksudkan didalam perikop diatas adalah
berkat Tuhan, apapun itu.
Pada dasarnya Tuhan bukannya
kurang baik dalam memberkati anak-anak-Nya. Bukankah satu talenta adalah uang
(berkat) yang sangat banyak? Dapatkah kita menghitung semua berkat yang pernah
Tuhan berikan? Faktanya, tidak mungkin. Pernahkah kita merasa bahwa hidup kita
seperti hidup yang tidak diberkati? Cobalah hitung, atau bayangkan apa yang
sudah Tuhan perbuat sejak anda lahir sampai sebagaimana anda sekarang. IA tidak
pernah tidak bermaksud baik kepada anak-anak-Nya. Bukankah tidak ada ayah yang
memberikan batu jika anaknya meminta roti? Namun, terkadang kita sering berprasangka
buruk atas apa yang Tuhan izinkan terjadi didalam hidup kita karena kita
menganggap bahwa hal tersebut adalah tidak baik menurut kita. Namun, Tuhan
tetap baik. IA tidak pernah berubah dan selamanya IA baik.
banyak orang sering berprasangka
kepada Tuhan bahwasanya mereka seperti ditinggalkan. Hidup mereka manderita dan
kemudian menyalahkan diri sendiri atau bahkan menyalahkan Tuhan. Namun,
bukankah semua orang pasti menerima berkat Tuhan sesuai kemampuannya? Apakah kita
tidak menyadari walau hanya “satu talenta” saja diberikan pada kita, itu adalah
jumlah yang sangat banyak? Sepertinya manusia yang keliru dalam menafsirkan
kelimpahan yang dijanjikan kepadanya. Apakah kelimpahan itu? Apakah hidup enak?
Kaya raya? Bebas penyakit? Atau kita memperoleh kelimpahan didalam Tuhan saat
kita berada dalam masalah atau kesesakan?
Secara logika, bukankah akan
lebih sulit mengatur yang lebih banyak dibanding yang sedikit? Bukankah akan
lebih sulit mengatur lima talenta dibanding satu talenta? Haruskah kita terus
bersungut-sungut sementara Tuhan sudah memberikan begitu banyak kemudahan? Bangsa
Israel merupakan contoh nyata bagaimana begitu banyak kemudahan yang mereka
dapat dalam perjalanan mereka dari tanah mesir menuju kanaan, tetapi masih
bersungut-sungut. Sungut-sungut kita justru kelak menguji kesabaran Tuhan atas
betapa keras kepalanya kita.
Sebagai anak Tuhan, mari kita
menanggapi berkat Tuhan dengan cara yang dikehendaki-Nya. Terimalah segala
keadaan dengan penuh ucapan syukur. ketika kita mendapat berkat, baik bakat,
uang, nama baik, nama besar, posisi, jabatan, dan sebagainya hendaknya kita
bersyukur. Syukur itu hendaknya diikuti dengan tanggung jawab; tanggung jawab
dalam melakukan kasih demi hormat dan kemuliaan Nama-Nya serta menjadi
kesaksian bagi sesama.