Thursday, January 30, 2014

antara simon petrus dan yudas iskariot



2013 sudah berlalu, 2014 telah datang. Banyak cerita yang telah kita lalui di tahun 2013 dan tentu saja akan ada banyak cerita menanti di tahun 2014. Kita akan banyak bertemu orang baru, termasuk dalam hal pelayanan kita dimanapun. Dalam tulisan ini, ada suatu bagian di dalam alkitab yang mungkin layak untuk dibahas.

 Diantara 12 orang murid-murid Yesus yang selalu berjalan bersama-sama dengan Dia, ada dua orang diantara mereka yang menarik bagi saya. Kedua orang itu adalah simon petrus dan Yudas iskariot. 

Simon petrus merupakan murid Yesus yang bertemu Yesus ketika Yesus sedang berjalan menyusuri danau galilea. Simon petrus adalah seorang nelayan pada saat itu. Ia memiliki perahu dan jala. Pada dasarnya simon petrus tidak termasuk orang miskin karena pekerjaan sebagai nelayan pada saat itu termasuk menjanjikan. Simon petrus dalam hemat saya termasuk seorang yang kolerik. Dia sangat berapi-api dan emosional. Ia termasuk orang yang dapat bimbang dengan mudah. Banyak catatan menarik di alkitab tentang simon petrus. Beberapa catatan menjelaskan bagaimana ia akan tenggelam ketika ia meminta Yesus agar mendapatkan-Nya dengan berjalan diatas air. Disisi lain, didalam pengakuannya mengenai siapa Yesus, Yesus mengatakan bahwa Bapa yang menyatakan semuanya kepada petrus dan kepada petrus diberikan kunci kerajaan surga. Disisi lain juga, petrus pernah ditegur Yesus ketika Ia memberitahukan kematianNya dengan berkata “enyahlah iblis!”

Kemudian, petrus pun termasuk murid yang mendapat “hak istimewa” melihat Yesus berubah rupa dan berbicara dengan musa dan elia dipuncak gunung. Tercatat juga bahwa petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali ketika penyaliban Yesus. Kelak ketika pencurahan roh kudus, ia berkhotbah luar biasa dan banyak orang yang bertobat. Namun, sesaat sebelum akhir hidupnya, ia sempat ingin melarikan diri dari roma dan kemudian bertemu seseorang dijalan yang ingin disalibkan kedua kali di roma. Akhirnya petrus kembali ke roma dan disalibkan dengan salib berbentuk X dengan kepala berada dibawah. Kita dapat melihat betapa jatuh bangunnya simon petrus dalam kehidupannya.

Bagaimana dengan Yudas Iskariot? Sejak pemanggilan kedua belas rasul, yudas iskariot sudah tercatat sebagai orang yang kelak akan berkhianat. Namun, seperti apa gerangan Yudas iskariot ini?

Dalam rombongan Yesus, yudas iskariot bertugas sebagai bendahara. Lalu lintas uang dari rombongan tersebut diatur oleh yudas iskariot. Tidak seperti simon petrus yang emosional, Yudas iskariot adalah orang yang rapi dan telaten dalam bekerja. Itulah mengapa dia ditunjuk sebagai bendahara karena kerapihannya dalam mengatur uang, sementara ada matius pemungut cukai yang jelas berpengalaman dalam mengatur uang. Ia tidak banyak bicara dan terlihat tenang. Namun, ia ternyata suka mengambil uang dari perbendaharaan. Ia pun pernah gusar ketika Yesus diurapi di betania dengan minyak yang mahal dan berpendapat lebih baik minyak tersebut dijual dan uangnya dapat digunakan untuk melayani orang miskin. Dalam hal ini sebenarnya dia tidak bertujuan untuk ingin menolong orang miskin, tetapi hanya merasa sayang dengan pemborosan minyak yang mahal tersebut. Di balik ketenangan dan kekaleman seorang yudas iskariot, ia adalah koruptor dalam kelompok itu. Namun, sejauh itu, hanya Yesus yang mengetahui bahwa ia akan berkhianat. 

Hal menarik dapat dilihat ketika Yesus sedang makan paskah dengan murid-muridNya. Coba kita perhatikan reaksi murid-murid ketika Yesus berkata bahwa ada salah satu dari mereka yang akan menyerahkan Dia. Murid-murid-Nya berkata seorang akan yang lain, “bukan aku, ya Tuhan”. Tidak adakah yang menyangka bahwa Yudas iskariot orangnya? Disini kita melihat, bagaimana Yudas sangat terlihat baik diantara murid-murid yang lain sehingga ketika Yesus berkata demikian tidak ada satupun akan mencurigai bahwa yudaslah orangnya, bahkan masing-masing murid semakin mawas diri jangan-jangan diri merekalah orangnya. 

Yudas kemudian menyerahkan Yesus dengan sebuah ciuman sebagai penanda, dimana sebenarnya ciuman diberikan kepada seseorang sebagai suatu bentuk penghormatan. Namun, pada akhirnya Yudas mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.

Petrus dalam semasa hidupnya terkesan sering sekali melakukan kesalahan, bahkan kesalahan fatal pun pernah dilakukannya. Sementara itu, Yudas dalam semasa hidupnya terlihat baik dimata orang lain. Kedua kisah orang ini berakhir dengan kematian tragis, tetapi kita tetap bisa menilai siapa yang berkenan kepada Tuhan.

Hal ini bukanlah sesuatu yang dapat dipertimbangkan sebagai suatu teori yang paten karena hal ini hanyalah sebuah kasus. Namun, dengan mempertimbangkan kisah petrus dan yudas iskariot ini sebagai paradoks, kita dapat melihat bahwa tidak semudah apa yang kita pikirkan menilai seseorang hanya dengan melihat apa yang tampak dari luar. Faktanya adalah kita tidak bisa menilai seperti apa kedalaman hati seseorang. Hati manusia berada ditempat yang sangat tersembunyi dan hanya Dia yang berada di tempat tersembunyi yang dapat mengetahuinya. Lalu bagaimana dengan kita? Yang kita bisa lakukan adalah mengasihi, bukan menghakimi. menganggap seseorang tidak baik padahal ia bermaksud baik adalah bentuk penghakiman. Menganggap seseorang baik padahal maksudnya tak baik pun adalah bentuk penghakiman juga. Yang juga bisa kita lakukan adalah tidak bosan-bosannya menegur dan selalu tetap menyatakan kepedulian sama seperti Yesus peduli pada simon petrus sekalipun simon petrus sering melakukan kesalahan.