2013 sudah berlalu, 2014 telah
datang. Banyak cerita yang telah kita lalui di tahun 2013 dan tentu saja akan
ada banyak cerita menanti di tahun 2014. Kita akan banyak bertemu orang baru,
termasuk dalam hal pelayanan kita dimanapun. Dalam tulisan ini, ada suatu
bagian di dalam alkitab yang mungkin layak untuk dibahas.
Diantara 12 orang murid-murid Yesus yang
selalu berjalan bersama-sama dengan Dia, ada dua orang diantara mereka yang
menarik bagi saya. Kedua orang itu adalah simon petrus dan Yudas iskariot.
Simon petrus merupakan murid
Yesus yang bertemu Yesus ketika Yesus sedang berjalan menyusuri danau galilea.
Simon petrus adalah seorang nelayan pada saat itu. Ia memiliki perahu dan jala.
Pada dasarnya simon petrus tidak termasuk orang miskin karena pekerjaan sebagai
nelayan pada saat itu termasuk menjanjikan. Simon petrus dalam hemat saya
termasuk seorang yang kolerik. Dia sangat berapi-api dan emosional. Ia termasuk
orang yang dapat bimbang dengan mudah. Banyak catatan menarik di alkitab
tentang simon petrus. Beberapa catatan menjelaskan bagaimana ia akan tenggelam
ketika ia meminta Yesus agar mendapatkan-Nya dengan berjalan diatas air. Disisi
lain, didalam pengakuannya mengenai siapa Yesus, Yesus mengatakan bahwa Bapa
yang menyatakan semuanya kepada petrus dan kepada petrus diberikan kunci
kerajaan surga. Disisi lain juga, petrus pernah ditegur Yesus ketika Ia
memberitahukan kematianNya dengan berkata “enyahlah iblis!”
Kemudian, petrus pun termasuk
murid yang mendapat “hak istimewa” melihat Yesus berubah rupa dan berbicara
dengan musa dan elia dipuncak gunung. Tercatat juga bahwa petrus menyangkal
Yesus sebanyak tiga kali ketika penyaliban Yesus. Kelak ketika pencurahan roh
kudus, ia berkhotbah luar biasa dan banyak orang yang bertobat. Namun, sesaat
sebelum akhir hidupnya, ia sempat ingin melarikan diri dari roma dan kemudian
bertemu seseorang dijalan yang ingin disalibkan kedua kali di roma. Akhirnya
petrus kembali ke roma dan disalibkan dengan salib berbentuk X dengan kepala
berada dibawah. Kita dapat melihat betapa jatuh bangunnya simon petrus dalam
kehidupannya.
Bagaimana dengan Yudas Iskariot?
Sejak pemanggilan kedua belas rasul, yudas iskariot sudah tercatat sebagai
orang yang kelak akan berkhianat. Namun, seperti apa gerangan Yudas iskariot
ini?
Dalam rombongan Yesus, yudas
iskariot bertugas sebagai bendahara. Lalu lintas uang dari rombongan tersebut
diatur oleh yudas iskariot. Tidak seperti simon petrus yang emosional, Yudas
iskariot adalah orang yang rapi dan telaten dalam bekerja. Itulah mengapa dia
ditunjuk sebagai bendahara karena kerapihannya dalam mengatur uang, sementara
ada matius pemungut cukai yang jelas berpengalaman dalam mengatur uang. Ia tidak
banyak bicara dan terlihat tenang. Namun, ia ternyata suka mengambil uang dari
perbendaharaan. Ia pun pernah gusar ketika Yesus diurapi di betania dengan
minyak yang mahal dan berpendapat lebih baik minyak tersebut dijual dan uangnya
dapat digunakan untuk melayani orang miskin. Dalam hal ini sebenarnya dia tidak
bertujuan untuk ingin menolong orang miskin, tetapi hanya merasa sayang dengan
pemborosan minyak yang mahal tersebut. Di balik ketenangan dan kekaleman seorang
yudas iskariot, ia adalah koruptor dalam kelompok itu. Namun, sejauh itu, hanya
Yesus yang mengetahui bahwa ia akan berkhianat.
Hal menarik dapat dilihat ketika
Yesus sedang makan paskah dengan murid-muridNya. Coba kita perhatikan reaksi
murid-murid ketika Yesus berkata bahwa ada salah satu dari mereka yang akan
menyerahkan Dia. Murid-murid-Nya berkata seorang akan yang lain, “bukan aku, ya
Tuhan”. Tidak adakah yang menyangka bahwa Yudas iskariot orangnya? Disini kita
melihat, bagaimana Yudas sangat terlihat baik diantara murid-murid yang lain
sehingga ketika Yesus berkata demikian tidak ada satupun akan mencurigai bahwa
yudaslah orangnya, bahkan masing-masing murid semakin mawas diri jangan-jangan
diri merekalah orangnya.
Yudas kemudian menyerahkan Yesus
dengan sebuah ciuman sebagai penanda, dimana sebenarnya ciuman diberikan kepada
seseorang sebagai suatu bentuk penghormatan. Namun, pada akhirnya Yudas
mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.
Petrus dalam semasa hidupnya
terkesan sering sekali melakukan kesalahan, bahkan kesalahan fatal pun pernah
dilakukannya. Sementara itu, Yudas dalam semasa hidupnya terlihat baik dimata
orang lain. Kedua kisah orang ini berakhir dengan kematian tragis, tetapi kita
tetap bisa menilai siapa yang berkenan kepada Tuhan.
Hal ini bukanlah sesuatu yang
dapat dipertimbangkan sebagai suatu teori yang paten karena hal ini hanyalah
sebuah kasus. Namun, dengan mempertimbangkan kisah petrus dan yudas iskariot
ini sebagai paradoks, kita dapat melihat bahwa tidak semudah apa yang kita
pikirkan menilai seseorang hanya dengan melihat apa yang tampak dari luar. Faktanya
adalah kita tidak bisa menilai seperti apa kedalaman hati seseorang. Hati
manusia berada ditempat yang sangat tersembunyi dan hanya Dia yang berada di
tempat tersembunyi yang dapat mengetahuinya. Lalu bagaimana dengan kita? Yang
kita bisa lakukan adalah mengasihi, bukan menghakimi. menganggap seseorang
tidak baik padahal ia bermaksud baik adalah bentuk penghakiman. Menganggap
seseorang baik padahal maksudnya tak baik pun adalah bentuk penghakiman juga.
Yang juga bisa kita lakukan adalah tidak bosan-bosannya menegur dan selalu
tetap menyatakan kepedulian sama seperti Yesus peduli pada simon petrus
sekalipun simon petrus sering melakukan kesalahan.