Monday, May 15, 2017

tentang pilihan ketiga (third way) : antara confucius, Yesus, dan salomo

masih ingat cerita confucius soal muridnya yang berdebat dengan pembeli kain soal berapa hasil dari 3 x 8? akhirnya confucius memenangkan perkara kepada si pembeli kain yang menyebutkan bahwa 3 x 8 = 23 supaya dia tidak dihukum mati, sedangkan muridnya yang dinyatakan kalah hanya kehilangan jabatannya saja. Sepertinya memang confucius melakukan hal yang baik dengan menyelamatkan si pembeli kain. Namun, saya jadi berpikir, apakah adil jika kemenangan diberikan kepada pihak yang salah?

by the way, kadang kita lupa kalau ada pilihan "ketiga", yakni cara lain yg lebih baik di bandingkan "yes" or "no". berikut ilustrasinya.

pernah Yesus diperhadapkan kepada perempuan yg kedapatan berzinah. menurut hukum musa, perempuan demikian harus dirajam dengan batu sampai mati. apa reaksi Yesus? reaksiNya begini kalau saya ilustrasikan, baiklah perempuan itu dirajam dengan batu sesuai hukum musa, tp hendaklah yg melakukannya pertama kali adalah mereka yang tidak berdosa. you see? perempuan yg bersalah tidak mungkin dia bebas sekalipun Yesus adalah pribadi yang penuh belas kasihan, tetapi IA tidak begitu saja membiarkan si perempuan langsung dihukum. yg menarik adalah disini, yg berdosa dihukum oleh yg tak berdosa. anda mungkin tahu kelanjutannya. si perempuan tidak dilempari batu. Yesus pun mengatakan bahwa perempuan itu tidak dihukum, TAPI janganlah berbuat dosa lagi. ini bisa disebut sebagai third way.

salomo jg punya crita yg menarik soal third way. ada dua perempuan yg berebut anak, sementara salah satu dari dua perempuan itu adalah ibu yg asli, sementara yang lain bukan. lalu apa yang diperbuat salomo? ia hendak memenggal bayi itu sehingga kedua perempuan itu masing-masing mendapat separuh bayi. apa yg terjadi? sang ibu yg asli merelakan anaknya diambil asalkan si anak tidak dipenggal, sementara perempuan yg lain rela anak itu dipenggal supaya sama sama tidak dapat. akhirnya bagaimana? anda mungkin tahu, salomo memberikan bayi kepad ibu yg asli yg berbelas kasihan pd bayi yg akan dipenggal itu.

Dalam kasus ini, "third way" pun bs diaplikasikan. si penjual kain tetap bersalah karena dia memang salah dan murid confucius lah yang benar. Namun, ia tidak perlu dipenggal karena ini, "kematian sebagai hukuman tidaklah pantas bagi kesalahan sesepele kesalahan berhitung 3x8." setelah kesalahannya dibuktikan, si penjual kain bisa diperbolehkan pulang dgn catatan, "belajar matematika yg lebih rajin ya, gobs!" wkwk

dalam menyelesaikan sebuah masalah, kadang kita suka terjebak dalam "yes" or "no", "black" or "white", "A" or "B", padahal dalam menyelesaikan perkara antar manusia, kita harus ingat kalau keadilan dan belas kasihan harus berjalan beriringan, tidak boleh berat sebelah. belas kasihan akan jadi salah tanpa disertai keadilan, dan keadilan akan jadi salah tanpa disertai belas kasihan. dalam hal ini, confucius memang sedang mengajarkan belas kasihan dan itu baik. zaman ini kekurangan orang yg mau welas asih. Disisi lain, aspek keadilan jg harus kita ukur. "third way" bisa kita temukan untuk mengakomodir keadilan dan welas asih secara bersamaan.