Fokus
: matius 11 : 2 – 6 ; Lukas 7 : 18-23 ; yohanes 1 : 29 - 34
Kedua perikop
diatas melibatkan beberapa pelaku, di antaranya Yesus, Yohanes Pembaptis, dua
orang murid yohanes, para pesakitan, dan orang banyak. Kronologi kejadiannya
(dalam alur maju), ketika Yesus sedang menyembuhkan orang-orang sakit (Lukas 7
: 21), dua orang murid yohanes datang dan bertanya kepada Yesus suatu
pertanyaan yang merupakan sebuah PESAN (pertanyaan titipan) dari yohanes
pembaptis sendiri (Lukas 7 : 19). Pertanyaan itu adalah, “Engkaukah yang akan
datang itu (yang akan datang, merujuk pada mesias ) atau haruskah kami
menantikan orang lain (matius 11 : 3)”. Yesus menjawab pertanyaan tersebut
dengan jawaban yang tertera pada matius 11 : 4 - 6, “Pergilah, dan katakanlah
kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat : orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, prang
kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada
orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi
kecewa dan menolak Aku.”
Pada perikop di
kitab Lukas tentang fokus kali ini, kejadiannya mungkin terjadi masih didaerah
nain karena perikop sebelum Lukas pasal 7 : 18 - 35 Yesus berada di Nain dan membangkitkan
seorang anak muda disana, selanjutnya lebih jelas pada bagian berikut.
Mari sebelumnya
kita meninjau lokasi kejadian. Menurut alkitab KJV, Lukas 7 : 16 berbunyi “and
there came a fear on all : and THEY glorified God, saying, that a great prophet
is risen up among us ; and, God hath visited his people”. Perhatikan kata they
yang digunakan pada ayat diatas. Pada Lukas pasal 7 ayat 19 versi KJV terdapat
kata them, yang lebih lengkapnya, “ and John calling unto him two of his
disciples sent them….”. pada Lukas 7
: 21 versi KJV disana ditulis, “and in the same hour he cured many of their infirmities….” Kata their pada
ayat 21 lebih menjurus dan menjelaskan orang-orang yang disebut dengan THEY
pada Lukas 7 : 16. Dari sini bisa saja disimpulkan bahwa kejadian ini terjadi
dikota (city, KJV version) Nain.
Adalah suatu
hal yang menarik mengapa beberapa penerjemah kemudian mengeluarkan statemen
bahwa Yohanes mengalami ujian iman dan mengalami kegoyahan iman. Ps Peter
Youngren dalam salah satu khotbahnya pun ia berkata terkait perikop ini bahwa,
“yohanes pembaptis menjadi kecil hatinya…” mengapa demikian? Mari disimak
ulasannya.
Mari sebelumnya
kita melihat siapa yohanes pembaptis. Ia merupakan anak laki-laki dari pasangan
zakharia dan Elisabeth. Ia merupakan seorang asketis, seseorang yang tinggal
menyendiri di padang belantara. Ia mengenakan jubah dari bulu unta dan ikat
pinggang dari kulit (ia terlihat berbeda dibanding orang lain karena pada era
yohanes, masyarakat pada umumnya menggunakan baju tenunan, bukan baju dari
kulit unta). Ia memakan belalang (locust : a type of large insect of the
grasshopper family ; English dictionary) dan madu hutan (wild honey ; KJV).
Kehadiran Yohanes pembaptis sendiri merupakan penggenapan suatu nats dari kitab
Yesaya yang berbunyi :
“ada suara orang yang berseru-seru
di padang gurun :
Persiapkanlah jalan bagi Tuhan,
luruskanlah jalan bagi-Nya”
Lalu, mengapa
bisa dikatakan iman yohanes pun pernah goyah (“kecil hatinya”)? Barangkali
sebelum melangkah lebih jauh, kita harus meninjau yohanes pasal 1 : 29 – 34.
Pada ayat 29 yohanes berkata, “lihatlah anak domba Allah (behold the ‘Lamb of God’ =
Gelar Yesus = Christ = Mesias = dipilih oleh Allah menjadi penyelamat dan Tuhan
; lih. Kamus alkitab ‘Kristus’) yang menghapus dosa
dunia (which takenth away the sin of the world). Ayat ini menjadi suatu
rujukan, suatu statement dimana dapat disimpulkan bahwa sejak awal bertemunya
Yohanes dengan Yesus disungai Yordan, Yohanes sudah mengetahui, dengan sadar ia
mengaku orang yang sedang berhadapan
dengannya saat itu adalah Mesias = Yesus = Kristus = Yang diurapi oleh Allah.
Kemudian,
terjadi suatu kejadian sebagai berikut. Yohanes pembaptis dipenjara sekalipun
tidak melakukan kejahatan. Ia dipenjarakan oleh Herodes karena herodes
tersinggung oleh perkataan yohanes bahwa
tidak halal kalau herodes mengambil Herodias menjadi istrinya.
Mari kita kembali
ke Lukas 7 : 19-23. Ketika murid yohanes menanyakan
tentang pertanyaan yang diminta yohanes untuk ditanyakan kepada Yesus, KJV
menulis pada Lukas 7 : 21 demikian, “and in that same hour He cured many of their infirmities and plagues, and of
evil spirits; and unto many that were blind He gave sight”. Hal ini menandakan
bahwa pada saat murid-murid Yohanes menanyakan hal tersebut, mereka sembari menyaksikan serangkaian mujizat yang
dilakukan Yesus pada saat itu.
Sekali lagi
dipertanyakan, mengapa yohanes bisa disimpulkan mengalami kegoyahan iman? Hal
tersebut nampak pada jawaban Yesus kepada kedua murid Yohanes pada ayat 22 dan
23, yaitu “22Then Jesus answering said unto them, go on your way,
and tell John
what things ye have seen and heard; how that the blind see, the lame walk, the
lepers are cleansed, the deaf hear, the dead are raised, to the poor the gospel
is preached. 23 and blessed is he, whosoever shall not be offended in Me.” Perhatikan
kata “Jhon”
dan “he”.
Kata he
tersebut pada NIV diterjemahkan ke “anyone”, yang bunyinya, “Blessed
is anyone who does not stumble on account of me.” Saya mengambil irisan dari
kedua jenis terjemahan ini bahwa Yesus berkata demikian secara UMUM – bersifat implisit - untuk semua
orang, tetapi secara KHUSUS
ditujukan kepada Yohanes. Mengapa? Sederhana. Yesus pada saat mengatakan itu,
yang menjadi lawan bicaranya adalah murid-murid Yohanes, bukan? Kita
mengakui kemahakuasaan dan kemahatahuan Yesus. Dapat disimpulkan,
Yesus saat itu mengetahui apa yang sedang terjadi dengan Yohanes, termasuk
kondisi hati dan imannya, bukan?
Sebagai
komparasi, berikut ini adalah tulisan Wayne Jackson, seorang penulis dari the
Christian courier.
When John asked: “Shall we look for another?” he employed the term
“heteros”, which generally
suggests “another of a different
sort.”
Had the Lord not
fulfilled the expectations John entertained? Had the Baptizer hoped that Jesus
would be a different kind of ruler, and perhaps usher in a political regime — a
longing entertained by many Jews (cf. Jn. 6:15; Acts 1:6)? This is a distinct
possibility.
Mari kita
lakukan komparasi. Pada saat di sungai Yordan, Yohanes mengakui bahwa Yesus
adalah mesias. Namun, disisi lain, ketika ia sedang dipenjara, ia justru
menyuruh kedua muridnya untuk bertanya kepada Yesus apa IA benar mesias atau
mereka harus menunggu yang lain (look for we another ; KJV). Logika sederhana.
Ini adalah suatu hal yang sangat bertentangan, dimana Yohanes mengakui
sebelumnya bahwa Yesus adalah Mesias, tetapi kemudian ia malah ragu bahwa Yesus
adalah Mesias. Inilah mengapa kemudian disimpulkan bahwa yohanes pun mengalami kegoyahan
iman.
Pertanyaan
lanjutan, mengapa Yohanes bisa mengalami hal yang demikian? Berikut ini
adalah sebuah penggalan paragraf dari tulisan wayne Jackson tentang ini.
“There are several thoughts that come to mind at this point. For
one thing, this text demonstrates that even a great and brave person can have
moments of confusion. Earlier, John had emphatically affirmed his confidence in
Jesus as the Son of God (Jn. 1:29ff). But the great prophet has gone through much trial. His faith
was being sorely tested (or perhaps more
accurately, his patience).
John might have pondered: “Why am I in this dismal prison? Where is the
judgment that Christ promised to render upon evil-doers?” (cf. Mt. 3:10).”
Mari kita
kembali ke kejadian dimana yohanes dijebloskan kedalam penjara. Lukas 7 : 18
berbunyi, “ketika Yohanes mendapat kabar tentang segala peristiwa itu dari
murid-muridnya,” , bandingkan dengan matius 11 : 2 yang berbunyi, “didalam
penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus,”. Dapat disimpulkan,
Yohanes mengetahui pekerjaan apa saja yang dilakukan Yesus ketika ia dipenjara
dari kedua muridnya. Pekerjaan apa sajakah itu? Perikop-perikop sebelum Lukas 7
: 18-23 menjelaskan bahwa Yesus melakukan berbagai hal, yaitu menyembuhkan,
membangkitkan orang mati, mengajar, dan lain sebagainya. Lalu, mengapa hal
demikian justru membuat yohanes menjadi bimbang?
Menarik bagi
saya mengapa pada Lukas 7 : 23 KJV berbunyi demikian, “blessed is he, whosoever shall not be offended in Me”.
Perhatikan kata offended. Offended merupakan bentuk pasif dari
offend
yang memiliki definisi to make feel upset or angry, yang
kemudian diartikan ke bahasa Indonesia sebagai “menyinggung perasaan”, yang
kemudian diterjemahkan oleh LAI sebagai “kecewa” dan sebagai konsekuensi atas
goyahnya iman yohanes, maka ditambahkan kata “menolak” pada Lukas 7 : 23
tersebut.
Pertanyaan
lanjutan, mengapa Yohanes kecewa terhadap Yesus? Berikut ini ada
sedikit tulisan dari David J. Stewart tentang perikop ini.
Despite
John the Baptist's uncompromising stand against sin, and His genuine loyalty
for the Savior, he became discouraged in Luke 7:19-20. John was now in
prison.
I
can here John saying to himself ... “I've given my very best to God, and look
where I end up. I don't get it. I mean, God can do anything, and yet
I'm rotting in this stinking prison cell. Jesus can perform all those
miracles, but he can't get me out of prison. I
thought He was my friend. Is this what I get for serving God?”
Notice
again what Luke 7:20 states, “John
Baptist hath sent us unto thee, saying, Art thou he that should come? or
look we for another?” Wow! John was so discouraged that he even
questioned weather Jesus was the Savior. He literally sent his disciples
to ask Jesus if they should look for another Christ. This is
amazing! The very man of God who presented Jesus as the “Lamb of God,” is
now wondering if perhaps he made a big mistake?
Poor John, he was really having a bad time in prison. He wasn't singing in
prison like Paul and Silas (Acts 16:25). John was discouraged.
Don't
be too hard on John, he was just a man. Perhaps you have felt that way at
times in your Christian life. It's very easy for us as believers to get
upset with God, because we know what God can do. We know and believe that
God spoke the world into existence with the very Word of His mouth (2nd Peter
3:5). Yet, it is easy to ask ourselves at times ... “why won't God help me
or make my life better?”
I
don't think John lost his faith while in prison, I think he was just
discouraged. I don't think John ever doubted Who Jesus was; but rather, he
wanted Jesus to know that he was discouraged. I think most genuine Christians
can relate to John's situation. Many believers sincerely serve God, but things
turn out bad. Instead of putting God on trial as the unsaved world does, we
need to learn to trust the Lord. God is the Potter, we are the clay (Isaiah
64:8).
If
the greatest man born among women can become utterly discouraged, then so can
anyone.
Pada saat Yohanes dipenjara, ia kesepian. Hanya kedua muridnya
yang menemaninya. Hal ini dibuktikan dengan diperbolehkannya kedua murid
Yohanes untuk masuk kedalam penjara dan menerima pesan yohanes untuk ditanyakan
kepada Yesus. Selain itu, Yesus tidak memberi tanggapan apapun kepada yohanes
ketika ia sedang dipenjara. Hal itu besar kemungkinannya karena pada saat
Yohanes dipenjara, Ia tidak dilawat/dibesuk oleh Yesus karena Yesus sangat sibuk
dengan berbagai pekerjaanNya (dapat kita lihat diperikop-perikop sebelum Lukas
7 : 18-23). Adalah sesuatu yang dipertanyakan oleh yohanes mengapa ia mengalami
hal yang demikian (dipenjara) sementara mesias yang sudah datang justru tidak
datang melawat dia. Perlu diketahui bahwa umur pelayanan yohanes pembaptis
lebih singkat dibanding Yesus karena pada saat dipenjara, Herodes terpaksa
memenuhi permintaan anak Herodias untuk memenggal kepala yohanes pembaptis.
Mari kita
perhatikan Lukas pasal 7 ayat 28 yang berbunyi, “Aku berkata kepadamu :
diantara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorangpun yang lebih
besar daripada yohanes, namun yang terkecil dalam kerajaan Allah lebih besar
dari padanya.” Pada KJV dituliskan, “For I say unto you, among those that are
born of women there is not a greater prophet than John the Baptist: but he that
is least in the kingdom of God is greater than he.”
Mari kita
beranalogi. Jika Yohanes pembaptis saja bisa goyah imannya, apalagi kita.
Mungkin ketika kita sedang mengalami ujian dan saking beratnya menanggung ujian
itu, kita sering akan bertanya mengapa tidak ada jalan keluar? atau yang lebih
tajam, mengapa Tuhan tak kunjung menolong? Atau bisa seperti ini, apa benar ini
adalah kehendak Tuhan?
Lihatlah nabi-nabi
besar di era perjanjian lama, Abraham, musa, elia, mereka pun pernah mengalami
keadaan dimana mereka berada pada suatu titik yang rendah dalam kehidupan iman
mereka. Dapat disimpulkan, tidak ada satu manusiapun yang lolos dari ujian
iman. Dari era perjanjian lama sampai era Yesus, Yesuslah yang merupakan contoh
paling kongkrit bagaimana IA mengalami pencobaan, tetapi tidak jatuh.
Ambil suatu
contoh. Mungkin anda sedang bergumul untuk sebuah pekerjaan dan kemudian anda
mendapatkannya. Namun, ketika mulai datang kesulitan dan sepertinya tak bisanya
diatasi, anda malah bertanya kepada Tuhan, “apakah benar ini kehendakMu, ya
Tuhan?” anehnya, bukankah anda sebelumnya sudah bergumul? Pergumulan anda sudah
Tuhan jawab, tetapi mengapa anda pertanyakan lagi apa yang terbaik yang sudah
diberikanNya?
Berbahagialah
mereka (kita) yang tidak menjadi kecewa dan menolak Dia. Ia bukannya tak
sanggup menolong tatkala anak-anakNya dalam kesulitan. Tugas kita adalah tetap
beriman, tetap bertekun, dan tetap berdoa, serta serahkan segala sesuatu
kedalam tanganNya.
Lihatlah
kepada Yesus sebagai teladan yang agung. Ia pernah mengalami pencobaan ketika
di padang gurun, tetapi IA tidak jatuh. Belajarlah dariNya.