Friday, September 21, 2012

Pemilu DKI jakarta : antara jokowi dan david cook (pendapat awam)



Kemarin, 20 september 2012, pemilu DKI Jakarta telah dilaksanakan. Hasil perhitungan cepat dari berbagai lembaga menghasilkan konklusi bahwa pasangan jokowi-ahok menang atas pasangan foke-nara dengan selisih suara antara 7 – 9 %. Dengan selisih suara yang terbilang cukup sedikit secara persentil itu, bisa dikatakan bahwa pemilu DKI Jakarta sangat seru dan menyita perhatian banyak pihak, bahkan masyarakat Indonesia nonwarga Jakarta. Kemenangan jokowi ini mengingatkan saya akan  david cook, salah seorang juara American idol beberapa tahun lalu, dimana berdiri sebagai runner up adalah david archuleta. Apa hubungannya jokowi dan juara American idol?

Sewaktu di final American idol era david cook, kedua david dipersilahkan untuk menyanyikan 3 lagu dalam 3 sesi penampilan silih berganti. Suatu hal yang menarik dimana salah seorang juri, yaitu simon cowell, dari 3 penampilan tersebut sangat memuji david archuleta, tetapi memojokkan david cook. Namun, akhirnya david cooklah yang menjadi juara American idol saat itu dan david archuleta harus puas sebagai runner-up.

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa kritik simon cowell terhadap david cook di tiga penampilannya justru membuat masyarakat amerika menjadi simpati terhadap david cook sehingga aliran suara pun mengalir ke david cook. Ada juga pendapat bahwa david archuleta terlalu muda untuk menjadi juara American idol. Namun, untuk kasus pemilihan yang sifatnya one-man-one-vote ini, factor subyektivitas pun harus diperhitungkan. Anda yang sering menyaksikan American idol pun tahu bagaimana jika simon cowel mengkritik penyanyi yang dimatanya tidak bagus. Sangat pedas. Arahan simpati pun terkonversi menjadi aliran suara. Alasannya sederhana. Pada umumnya, rasa simpati menyebabkan seseorang ingin mengangkat mereka yang sedang terpuruk dan membiarkan mereka yang sedang dalam keadaan baik-baik saja. 

Jokowi-ahok seperti david cook. Hinaan dalam bentuk rasisme, terlebih lagi kultwit yang dilakukan akun twitter @trimomacan2000 yang memojokkan jokowi-ahok justru meningkatkan simpati warga jakarta terhadap pasangan ini, terlepas dari siapapun atau dari pihak manapun yang melepas berita yang tidak mengenakkan tentang jokowi-ahok. Disisi lain, dengan berita tak mengenakkan yang mencecar mereka, pasangan jokowi-ahok lebih memilih berkampanye langsung kepada warga sembari menunjukkan bahwa berita burung tentang mereka itu tidak benar adanya. Sepertinya pihak-pihak yang ingin main kotor terkena bumerang dari perbuatan mereka sendiri. 

Terkadang, strategi yang bagus dalam menghadapi orang sirik adalah acuh tak acuh. Kita tidak perlu peduli dengan berita buruk yang dihembuskan orang tentang kita. Sikap ofensif hanya akan semakin memperkeruh suasana dan akhirnya orang lain menilai kalau kita ternyata gampang sekali terpancing emosinya. Yang perlu kita lakukan hanyalah membuktikan bahwa mereka tidak benar dengan karya yang nyata.

Andaikata benar bahwa jokowi-ahok merupakan pasangan terpilih gubernur dan wakil gubernur Jakarta, perlu kita perhatikan beberapa hal. Pertama, jokowi-ahok adalah manusia biasa. Mereka bisa berbuat kesalahan. Tugas warga Jakarta sebagai pemberi legitimasi kepada mereka adalah mengawal keberjalanan pemerintahan DKI Jakarta. Kedua, janganlah berekspektasi terlalu tinggi kepada jokowi-ahok. Ingatlah bahwa mereka pun manusia biasa. Jangan sampai terjadi bahwasanya sekali jokowi-ahok melakukan kesalahan kemudian masyarakat menjadi kecewa secara berlebihan. Keadaan ideal itu sulit dicapai. Yang bisa dilakukan oleh pemimpin adalah mengusahakan agar keadaan berada pada limit mendekati ideal. Jika tidak bisa idealpun, masyarakat harus realistis, setidaknya pasangan tersebut sudah berusaha sebaik mungkin, bukan?

Setidaknya, masalah birokrasi, kemacetan dan banjirlah yang harus diprioritaskan pasangan yang menang. Yang terpenting diatas semuanya, semoga pasangan jokowi-ahok – andai menang – tidak akan melakukan tindak pidana KKN sekecil apapun bentuknya.

Selamat menyongsong Jakarta yang baru.

Sunday, September 16, 2012

wanita yang mulia (GII dago, 16-9-2012)



Hari minggu, 16 september 2012, saya beribadah – seperti biasa – di GII dago. Di bulan keluarga ini, dan tepat di hari ini, pembacaan alkitab begitu menarik untuk di simak, yaitu dari amsal 31 : 10 – 31. Tulisan ini merupakan resume dari khotbah  yang dibawakan pak timothy liem, dan ada beberapa sedikit tambahan. Mari kita simak bersama.

 Perikop ini ditujukan kepada wanita dan pria. Ditujukan kepada wanita maksudnya ialah bahwa perikop tersebut ingin menjelaskan ciri-ciri wanita yang takut akan Tuhan – hidup didalam Tuhan. Ditujukan kepada pria maksudnya ialah bahwa para pria sudah seharusnya mencari wanita (teman hidup) yang baik seperti yang dikatakan oleh Firman Tuhan, khususnya pada perikop tersebut.

 Ada tiga bagian besar dalam perikop ini yang seharusnya dimiliki oleh seorang wanita yang hidup didalam Tuhan, yaitu KARAKTER, KARYA, dan KEROHANIAN.

Penting bagi seorang wanita memiliki karakter yang baik – karakter yang sesuai dengan Firman Tuhan. Perhatikan ayat 10, dimana disana dikatakan bahwa “istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata”. Kita bisa melihat bahwa istri yang berkarakter bahkan tidak bisa dibandingkan dengan apapun didunia ini karena begitu berharga. Perlu kita ketahui bahwasanya wanita diciptakan sebagai mahluk yang terhormat dan bermartabat dimata Tuhan. Kehormatan dan martabat itu tetap melekat pada si wanita jika ia memiliki karakter yang baik – yang sesuai dengan Firman Tuhan.

Setidaknya ada karakter- karakter yang terdapat dalam perikop ini yang seharusnya dimiliki oleh wanita-wanita / ibu-ibu, yaitu memiliki kecakapan, dapat dipercaya, baik hati, rajin, mandiri, tahu kewajiban, murah hati, optimistik, terdidik, layak dicintai, dan takut akan Tuhan.

Mandiri, bukan berarti sendiri. Wanita yang mulia (wanita yang baik) adalah wanita yang mengerti tugas dan tanggung jawabnya. Ia dengan sigap, dengan cakap, dan dengan rajin mengerjakan tugas-tugas kewanitaannya dirumah, baik sebagai istri maupun sebagai ibu. Sebagai istri, ia mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan. Ia mampu menjadi penolong yang sepadan. Sebagai ibu, ia mampu mendidik anak-anak – menjadi teladan bagi anak-anak. Peran ibu begitu sangat penting bagi kehidupan anak-anak. Banyak anak-anak di era ini yang kehilangan figur ayah. Namun, hidup anak-anak akan hancur berantakan andaikata ia kehilangan figur ibu.

Wanita diciptakan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi pria. Hal ini menandakan bahwa wanita tercipta sempurna dihadapan Tuhan, sama seperti adam, dimana ketika adam diciptakan, Tuhan berkata bahwa keadaan adam “sungguh amat baik”. Wanita seharusnya tidak perlu rendah diri dengan kekurangannya, tetapi seharusnya ia tetap optimis – tetap melihat kedepan dan terus memandang kepada Tuhan. Ketika keluarga sedang mengalami ujian atau cobaan pun, istri/ibu hendaknya optimis dan terus berharap kepada Tuhan. Di sisi lain, wanita seharusnya tidak menganggap kesetaraan dengan pria sebagai alasan untuk mengambil alih peran pria didalam keluarga. Didalam efesus 5 dikatakan bahwa hendaklah istri menghormati suaminya (ayat 33), hendaklah istri tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan (ayat 22).

Penting bagi wanita untuk memiliki karakter, karya, dan kerohanian yang baik. Semua itu sama pentingnya. Seorang wanita tidak bisa mengabaikan salah satunya. Ketiga hal tersebut haruslah dimiliki.

Dari kesemuanya itu, poin yang penting yang dapat kita petik adalah betapa berharganya wanita yang takut akan Tuhan. Wanita yang takut akan Tuhan lebih berharga daripada permata. Wanita yang takut akan Tuhan disebut berbahagia oleh anak-anaknya dan dipuji oleh suaminya. Kemolekan bukan takaran seorang wanita itu baik. Kecantikan fisik bukan jaminan seorang wanita itu baik. Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, TETAPI ISTRI YANG TAKUT AKAN TUHAN DIPUJI-PUJI.

Kegoyahan iman Yohanes Pembaptis


Fokus : matius 11 : 2 – 6 ; Lukas 7 : 18-23 ; yohanes 1 : 29 - 34

Kedua perikop diatas melibatkan beberapa pelaku, di antaranya Yesus, Yohanes Pembaptis, dua orang murid yohanes, para pesakitan, dan orang banyak. Kronologi kejadiannya (dalam alur maju), ketika Yesus sedang menyembuhkan orang-orang sakit (Lukas 7 : 21), dua orang murid yohanes datang dan bertanya kepada Yesus suatu pertanyaan yang merupakan sebuah PESAN (pertanyaan titipan) dari yohanes pembaptis sendiri (Lukas 7 : 19). Pertanyaan itu adalah, “Engkaukah yang akan datang itu (yang akan datang, merujuk pada mesias ) atau haruskah kami menantikan orang lain (matius 11 : 3)”. Yesus menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban yang tertera pada matius 11 : 4 - 6, “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat : orang  buta melihat, orang lumpuh berjalan, prang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”


Pada perikop di kitab Lukas tentang fokus kali ini, kejadiannya mungkin terjadi masih didaerah nain karena perikop sebelum Lukas pasal 7 : 18 -  35 Yesus berada di Nain dan membangkitkan seorang anak muda disana, selanjutnya lebih jelas pada bagian berikut.

Mari sebelumnya kita meninjau lokasi kejadian. Menurut alkitab KJV, Lukas 7 : 16 berbunyi “and there came a fear on all : and THEY glorified God, saying, that a great prophet is risen up among us ; and, God hath visited his people”. Perhatikan kata they yang digunakan pada ayat diatas. Pada Lukas pasal 7 ayat 19 versi KJV terdapat kata them, yang lebih lengkapnya, “ and John calling unto him two of his disciples sent them….”. pada Lukas 7 : 21 versi KJV disana ditulis, “and in the same hour he cured many of their infirmities….” Kata their pada ayat 21 lebih menjurus dan menjelaskan orang-orang yang disebut dengan THEY pada Lukas 7 : 16. Dari sini bisa saja disimpulkan bahwa kejadian ini terjadi dikota (city, KJV version) Nain.

Adalah suatu hal yang menarik mengapa beberapa penerjemah kemudian mengeluarkan statemen bahwa Yohanes mengalami ujian iman dan mengalami kegoyahan iman. Ps Peter Youngren dalam salah satu khotbahnya pun ia berkata terkait perikop ini bahwa, “yohanes pembaptis menjadi kecil hatinya…” mengapa demikian? Mari disimak ulasannya.

Mari sebelumnya kita melihat siapa yohanes pembaptis. Ia merupakan anak laki-laki dari pasangan zakharia dan Elisabeth. Ia merupakan seorang asketis, seseorang yang tinggal menyendiri di padang belantara. Ia mengenakan jubah dari bulu unta dan ikat pinggang dari kulit (ia terlihat berbeda dibanding orang lain karena pada era yohanes, masyarakat pada umumnya menggunakan baju tenunan, bukan baju dari kulit unta). Ia memakan belalang (locust : a type of large insect of the grasshopper family ; English dictionary) dan madu hutan (wild honey ; KJV). Kehadiran Yohanes pembaptis sendiri merupakan penggenapan suatu nats dari kitab Yesaya yang berbunyi :
“ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun :
Persiapkanlah jalan bagi Tuhan,
luruskanlah jalan bagi-Nya”

Lalu, mengapa bisa dikatakan iman yohanes pun pernah goyah (“kecil hatinya”)? Barangkali sebelum melangkah lebih jauh, kita harus meninjau yohanes pasal 1 : 29 – 34. Pada ayat 29 yohanes berkata, “lihatlah anak domba Allah (behold the ‘Lamb of God’ = Gelar Yesus = Christ = Mesias = dipilih oleh Allah menjadi penyelamat dan Tuhan ; lih. Kamus alkitab ‘Kristus’) yang menghapus dosa dunia (which takenth away the sin of the world). Ayat ini menjadi suatu rujukan, suatu statement dimana dapat disimpulkan bahwa sejak awal bertemunya Yohanes dengan Yesus disungai Yordan, Yohanes sudah mengetahui, dengan sadar ia mengaku  orang yang sedang berhadapan dengannya saat itu adalah Mesias = Yesus = Kristus = Yang diurapi oleh Allah.

Kemudian, terjadi suatu kejadian sebagai berikut. Yohanes pembaptis dipenjara sekalipun tidak melakukan kejahatan. Ia dipenjarakan oleh Herodes karena herodes tersinggung  oleh perkataan yohanes bahwa tidak halal kalau herodes mengambil Herodias menjadi istrinya.

Mari kita kembali ke Lukas 7 : 19-23. Ketika murid yohanes menanyakan tentang pertanyaan yang diminta yohanes untuk ditanyakan kepada Yesus, KJV menulis pada Lukas 7 : 21 demikian, “and in that same hour He cured many of their infirmities and plagues, and of evil spirits; and unto many that were blind He gave sight”. Hal ini menandakan bahwa pada saat murid-murid Yohanes menanyakan hal tersebut, mereka sembari menyaksikan serangkaian mujizat yang dilakukan Yesus pada saat itu.

Sekali lagi dipertanyakan, mengapa yohanes bisa disimpulkan mengalami kegoyahan iman? Hal tersebut nampak pada jawaban Yesus kepada kedua murid Yohanes pada ayat 22 dan 23, yaitu “22Then Jesus answering said unto them, go on your way, and tell John what things ye have seen and heard; how that the blind see, the lame walk, the lepers are cleansed, the deaf hear, the dead are raised, to the poor the gospel is preached. 23 and blessed is he, whosoever shall not be offended in Me.” Perhatikan kata “Jhon” dan “he”. Kata he tersebut pada NIV diterjemahkan ke “anyone”, yang bunyinya, “Blessed is anyone who does not stumble on account of me.” Saya mengambil irisan dari kedua jenis terjemahan ini bahwa Yesus berkata demikian secara UMUM – bersifat implisit - untuk semua orang, tetapi secara KHUSUS ditujukan kepada Yohanes. Mengapa? Sederhana. Yesus pada saat mengatakan itu, yang menjadi lawan bicaranya adalah murid-murid Yohanes, bukan? Kita mengakui kemahakuasaan dan kemahatahuan Yesus. Dapat disimpulkan, Yesus saat itu mengetahui apa yang sedang terjadi dengan Yohanes, termasuk kondisi hati dan imannya, bukan?

Sebagai komparasi, berikut ini adalah tulisan Wayne Jackson, seorang penulis dari the Christian courier. 
When John asked: “Shall we look for another?” he employed the term “heteros”, which generally suggests “another of a different sort.”
Had the Lord not fulfilled the expectations John entertained? Had the Baptizer hoped that Jesus would be a different kind of ruler, and perhaps usher in a political regime — a longing entertained by many Jews (cf. Jn. 6:15; Acts 1:6)? This is a distinct possibility.

Mari kita lakukan komparasi. Pada saat di sungai Yordan, Yohanes mengakui bahwa Yesus adalah mesias. Namun, disisi lain, ketika ia sedang dipenjara, ia justru menyuruh kedua muridnya untuk bertanya kepada Yesus apa IA benar mesias atau mereka harus menunggu yang lain (look for we another ; KJV). Logika sederhana. Ini adalah suatu hal yang sangat bertentangan, dimana Yohanes mengakui sebelumnya bahwa Yesus adalah Mesias, tetapi kemudian ia malah ragu bahwa Yesus adalah Mesias. Inilah mengapa kemudian disimpulkan bahwa yohanes pun mengalami kegoyahan iman.

Pertanyaan lanjutan, mengapa Yohanes bisa mengalami hal yang demikian? Berikut ini adalah sebuah penggalan paragraf dari tulisan wayne Jackson tentang ini. 

“There are several thoughts that come to mind at this point. For one thing, this text demonstrates that even a great and brave person can have moments of confusion. Earlier, John had emphatically affirmed his confidence in Jesus as the Son of God (Jn. 1:29ff). But the great prophet has gone through much trial. His faith was being sorely tested (or perhaps more accurately, his patience). John might have pondered: “Why am I in this dismal prison? Where is the judgment that Christ promised to render upon evil-doers?” (cf. Mt. 3:10).”

Mari kita kembali ke kejadian dimana yohanes dijebloskan kedalam penjara. Lukas 7 : 18 berbunyi, “ketika Yohanes mendapat kabar tentang segala peristiwa itu dari murid-muridnya,” , bandingkan dengan matius 11 : 2 yang berbunyi, “didalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus,”. Dapat disimpulkan, Yohanes mengetahui pekerjaan apa saja yang dilakukan Yesus ketika ia dipenjara dari kedua muridnya. Pekerjaan apa sajakah itu? Perikop-perikop sebelum Lukas 7 : 18-23 menjelaskan bahwa Yesus melakukan berbagai hal, yaitu menyembuhkan, membangkitkan orang mati, mengajar, dan lain sebagainya. Lalu, mengapa hal demikian justru membuat yohanes menjadi bimbang?

Menarik bagi saya mengapa pada Lukas 7 : 23 KJV berbunyi demikian, “blessed is he, whosoever shall not be offended in Me”. Perhatikan kata offended. Offended merupakan bentuk pasif dari offend yang memiliki definisi to make feel upset or angry, yang kemudian diartikan ke bahasa Indonesia sebagai “menyinggung perasaan”, yang kemudian diterjemahkan oleh LAI sebagai “kecewa” dan sebagai konsekuensi atas goyahnya iman yohanes, maka ditambahkan kata “menolak” pada Lukas 7 : 23 tersebut.

Pertanyaan lanjutan, mengapa Yohanes kecewa terhadap Yesus? Berikut ini ada sedikit tulisan dari David J. Stewart tentang perikop ini. 

Despite John the Baptist's uncompromising stand against sin, and His genuine loyalty for the Savior, he became discouraged in Luke 7:19-20. John was now in prison. 

I can here John saying to himself ... “I've given my very best to God, and look where I end up. I don't get it. I mean, God can do anything, and yet I'm rotting in this stinking prison cell. Jesus can perform all those miracles, but he can't get me out of prison. I thought He was my friend. Is this what I get for serving God?”

Notice again what Luke 7:20 states, “John Baptist hath sent us unto thee, saying, Art thou he that should come? or look we for another?” Wow! John was so discouraged that he even questioned weather Jesus was the Savior. He literally sent his disciples to ask Jesus if they should look for another Christ. This is amazing! The very man of God who presented Jesus as the “Lamb of God,” is now wondering if perhaps he made a big mistake? Poor John, he was really having a bad time in prison. He wasn't singing in prison like Paul and Silas (Acts 16:25). John was discouraged.

Don't be too hard on John, he was just a man. Perhaps you have felt that way at times in your Christian life.  It's very easy for us as believers to get upset with God, because we know what God can do. We know and believe that God spoke the world into existence with the very Word of His mouth (2nd Peter 3:5). Yet, it is easy to ask ourselves at times ... “why won't God help me or make my life better?”

I don't think John lost his faith while in prison, I think he was just discouraged. I don't think John ever doubted Who Jesus was; but rather, he wanted Jesus to know that he was discouraged. I think most genuine Christians can relate to John's situation. Many believers sincerely serve God, but things turn out bad. Instead of putting God on trial as the unsaved world does, we need to learn to trust the Lord. God is the Potter, we are the clay (Isaiah 64:8).

If the greatest man born among women can become utterly discouraged, then so can anyone. 

Pada saat Yohanes dipenjara, ia kesepian. Hanya kedua muridnya yang menemaninya. Hal ini dibuktikan dengan diperbolehkannya kedua murid Yohanes untuk masuk kedalam penjara dan menerima pesan yohanes untuk ditanyakan kepada Yesus. Selain itu, Yesus tidak memberi tanggapan apapun kepada yohanes ketika ia sedang dipenjara. Hal itu besar kemungkinannya karena pada saat Yohanes dipenjara, Ia tidak dilawat/dibesuk oleh Yesus karena Yesus sangat sibuk dengan berbagai pekerjaanNya (dapat kita lihat diperikop-perikop sebelum Lukas 7 : 18-23). Adalah sesuatu yang dipertanyakan oleh yohanes mengapa ia mengalami hal yang demikian (dipenjara) sementara mesias yang sudah datang justru tidak datang melawat dia. Perlu diketahui bahwa umur pelayanan yohanes pembaptis lebih singkat dibanding Yesus karena pada saat dipenjara, Herodes terpaksa memenuhi permintaan anak Herodias untuk memenggal kepala yohanes pembaptis.

Mari kita perhatikan Lukas pasal 7 ayat 28 yang berbunyi, “Aku berkata kepadamu : diantara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorangpun yang lebih besar daripada yohanes, namun yang terkecil dalam kerajaan Allah lebih besar dari padanya.” Pada KJV dituliskan, “For I say unto you, among those that are born of women there is not a greater prophet than John the Baptist: but he that is least in the kingdom of God is greater than he.”

Mari kita beranalogi. Jika Yohanes pembaptis saja bisa goyah imannya, apalagi kita. Mungkin ketika kita sedang mengalami ujian dan saking beratnya menanggung ujian itu, kita sering akan bertanya mengapa tidak ada jalan keluar? atau yang lebih tajam, mengapa Tuhan tak kunjung menolong? Atau bisa seperti ini, apa benar ini adalah kehendak Tuhan?

Lihatlah nabi-nabi besar di era perjanjian lama, Abraham, musa, elia, mereka pun pernah mengalami keadaan dimana mereka berada pada suatu titik yang rendah dalam kehidupan iman mereka. Dapat disimpulkan, tidak ada satu manusiapun yang lolos dari ujian iman. Dari era perjanjian lama sampai era Yesus, Yesuslah yang merupakan contoh paling kongkrit bagaimana IA mengalami pencobaan, tetapi tidak jatuh.

Ambil suatu contoh. Mungkin anda sedang bergumul untuk sebuah pekerjaan dan kemudian anda mendapatkannya. Namun, ketika mulai datang kesulitan dan sepertinya tak bisanya diatasi, anda malah bertanya kepada Tuhan, “apakah benar ini kehendakMu, ya Tuhan?” anehnya, bukankah anda sebelumnya sudah bergumul? Pergumulan anda sudah Tuhan jawab, tetapi mengapa anda pertanyakan lagi apa yang terbaik yang sudah diberikanNya?

Berbahagialah mereka (kita) yang tidak menjadi kecewa dan menolak Dia. Ia bukannya tak sanggup menolong tatkala anak-anakNya dalam kesulitan. Tugas kita adalah tetap beriman, tetap bertekun, dan tetap berdoa, serta serahkan segala sesuatu kedalam tanganNya.

Lihatlah kepada Yesus sebagai teladan yang agung. Ia pernah mengalami pencobaan ketika di padang gurun, tetapi IA tidak jatuh. Belajarlah dariNya.