Friday, August 19, 2016

hak istimewa dan rasa lelah

"roh memang penurut, tetapi daging lemah"

kutipan diatas rasanya tidak asing lagi pagi menganut nasrani karena memang saya mengambilnya dari alkitab. mungkin apa yang saya tulis ini belum tentu kontekstual dengan kutipan diatas pada kondisi pada saat Yesus mengatakannya di taman getsemani. Namun, mungkin apa yang saya pikirkan ini sedikit lebih filosofis (cem betul) hahaha. semoga tulisan ini bisa bermanfaat.

saya sedang memikirkan soal hal ini, "apakah bekerja, membantu orang, memaafkan orang, dan melakukan berbagai hal yang baik adalah sebuah kewajiban?" saya sering melihat banyak fenomena bahwa melakukan hal baik di era ini dianggap sebagai kewajiban, bahkan sesuatu yang menyusahkan diri, terlebih jika itu menyangkut orang lain. apakah sebenarnya sedari awal Allah hanya memberi manusia kewajiban dan kewajiban yang rasanya sekarang ini sangatlah memberatkan?

menariknya adalah Allah sudah memerintahkan manusia untuk bekerja dengan memelihara serta mengusahakan taman eden. apakah ini kewajiban (yang memberatkan)? tentu tidak. ini adalah privilege (hak istimewa). Allah memberikan hak istimewa kepada manusia untuk mengelola seluruh ciptaanNya. saya jadi berpikir, sepertinya memang apa yang Allah perintahkan kepada manusia bukanlah sebuah perintah yang kejam dan otoriter, tetapi sebuah hak istimewa yang Allah berikan dalam relasiNya dengan manusia. lalu, mengapa bekerja di era ini menimbulkan banyak keluhan?

dosa. ya! manusia telah jatuh kedalam dosa. tubuh kita menjadi terbatas. kita bisa merasa sakit, merasa lelah, diserang penyakit, bahkan jauh didaalam hati kita, kita merasa kecewa, marah, sedih, dan segala bentuk perasaan negatif yang akhirnya mempengaruhi tubuh kita. manusia yang kehilangan kemuliaan Allah menjadi rapuh dan tak mampu, bahkan mazmur mencatat bahwa umur manusia hanya sampai 70 tahun dan jika kuat, 80 tahun. bekerja yang adalah hak istimewa yang Allah berikan berubah menjadi sesuatu yang membosankan bahkan memuakkan tatkala tubuh kita mulai lelah dan penat. mengasihi yang adalah hak istimewa berubah menjadi berat ketika hati kita disakiti dengan luar biasa. kasih berganti menjadi amarah dan dendam.

ternyata memang tidak hanya tubuh manusia yang rapuh, tetapi juga hatinya. kejatuhan manusia kedalam dosa membuat semua manusia menjadi rapuh, entah mereka mengakuinya atau tidak. dengan ditambah hasutan si jahat, maka segala bentuk hak istimewa yang Allah berikan kepada kita untuk kita lakukan menjadi terasa berat, apalagi jika itu menyangkut orang lain sehingga orang kemudian lebih memfokuskan diri pada dirinya sendiri, padahal sejatinya manusia adalah mereka yang hidup dalam relasi, baik dengan Tuhannya maupun dengan sesamanya.

kejatuhan manusia didalam dosa membuatnya tak mampu untuk melakukan hak-hak istimewa yang Allah berikan ini, terlebih ketika tubuhnya sedang lelah. manusia lelah bekerja, lelah mengasihi, lelah mengampuni, dan berbagai macam kelelahan yang lain adalah bukti kerapuhan manusia. dosa membuat manusia lelah lahir dan batin. rasanya tidak mungkin manusia bisa mengerjakan hak-hak istimewa ini jikalau tidak ada tambahan kekuatan yang menguatkan hatinya, yakni kekuatan dari Allah sendiri.

sepertinya memang hidup manusia menjadi makin berat dari hari ke hari karena harus berhadapan dengan orang yang mungkin tak memperlakukannya sesuai dengan yang diharapkan atau harus menghadapi beban-beban lain yang mungkin ia takkan bisa menyelesaikannya karena rasa lelah ini. Namun, jika kita percaya kepada Tuhan, bukankah mindset kita harus diubah bahwa apa yang kita kerjakan didalamNya akan memperoleh perkenaanNya? Namun, sering kita lalai soal ini karena sebagai manusia, kita adalah mahluk yang rapuh. untuk itulah kita memang harus terus memohon ampunan Tuhan dan memohon agar hati kita dikuatkan olehNya disaat fisik kita lelah dan hati kita disakiti orang lain.

roh memang penurut, tetapi daging lemah. selama roh kita masih mendiami tubuh yang rapuh ini, kita belum sepenuhnya sempurna. saya jadi berandai apabila tubuh kita immortal (selamanya kuat) mungkin kita takkan pernah mengeluh dan keberatan ketika melakukan apa yang Allah inginkan kita kerjakan. Namun, kita sudah jatuh kedalam dosa dan tetap terus akan mengalami rasa lelah sampai akhir hayat.

saya pikir kita semua harus kembali ke rancangan awal Allah sebelumnya jikalau kita harus mengerjakan panggilan kita selama kita masih didunia. hati maupun fisik kita pasti akan rapuh. semoga pandangan kita tetap tertuju kepada Tuhan dalam mengerjakan panggilan (hak istimewa) yang Allah telah berikan dan jangan pernah lupa untuk memohon agar Tuhan menguatkan hati kita agar kita bisa dengan sabar dan tabah mengerjakan panggilan kita.

Monday, August 8, 2016

Munafik dalam sudut pandang Yesus

memang menarik tatkala kita membaca alkitab dan melihat perseteruan antara Yesus dengan ahli-ahli taurat serta orang farisi, dimana betapa tersinggung dan sakit hatinya mereka karena berkali-kali Yesus menyatakan mereka adalah orang-orang munafik. eh, tunggu dulu! munafik? apakah orang yahudi ini tindakan di hidupnya tidak selaras dengan apa yang mereka ajarkan? ternyata tidak. mereka sangat konsisten dengan perkataan dan tindakan. perkataan dan tindakan mereka sangat selaras sehingga kalau kita menuding mereka munafik, mereka akan bertanya balik, "dibagian manakah aku tidak melakukan apa yang aku ajarkan?" mereka tampak sempurna sekali diluar, tetapi tudingan Yesus itu tajam sekali. lalu, apa yang dimaksud Yesus dengan munafik disini?

here we go. memang sejatinya hati mereka itu busuk sehingga mereka melakukan segala bentuk ibadah hanya supaya mereka dilihat dan dikagumi orang dan yang sama parahnya adalah bahwa mereka an menggunakan hukum taurat dan membentuk standar tertentu yang bisa mereka penuhi lalu memaksa orang lain untuk mengikuti standar itu. jika orang lain tak mampu memenuhi standar yang mereka buat sendiri, maka dengan menggunakan hukum taurat mereka akan menghukum orang lain. mereka memanfaatkan ketidaktahuan orang lain akan kitab suci untuk menekan orang lain dan menghukum mereka dengan konsekuensi yang sangat berat. benar mereka membayar persembahan. tetapi mereka abaikan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (matius 23 : 23). mereka hendak menghukum perempuan yang kedapatan berbuat dosa, tetapi lupa bahwa mereka sendiri berdosa. "kamu harus ikut standar kami!" inilah yang disebut munafik, dimana mereka memplintir esensi kitab suci hanya supaya orang-orang mengikuti standar mereka, bukan mengikut Tuhan.

seberapa sering kita seperti ini? kita kurang menggali kekayaan kitab suci, tetapi mematok standar yang harus diikuti orang lain sebagai standar spritualitas?

"Tuhan itu mahakaya sehingga sebagai anakNya pun kita harus kaya raya. menjadi kaya adalah tanda kita diberkati Tuhan. miskin adalah tanda kita kena kutuk Tuhan". sering mendengar yang demikian? apakah Tuhan tidak akan pakai orang miskin untuk nyatakan kemuliaanNya? dilain pihak, coba kalau kita membaca alkitab, kita akan lebih sering lihat Tuhan Yesus memakai orang-orang miskin dan orang-orang biasa untuk pekerjaanNya. statement "kaya = diberkati Tuhan, miskin = dikutuk Tuhan" adalah bentuk kemunafikan spiritual. manusia membentuk standar karena mereka bisa mencapai itu, bukan karena alkitab dengan jelas menyatakan demikian.

"nilai kita harus setinggi-tingginya. (bagi yang mahasiswa) hanya dengan IPK yang tinggi kita bisa menjadi garam dan terang dunia. yang pintar akan menjadi yang terdepan". apakah ini sesuai dengan alkitab? hal demikian justru kontradiksi dengan ini, bahwasanya "tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat (I korintus 1 : 27)". lagi-lagi manusia membentuk standar yang hanya bisa mereka penuhi, tetapi mengabaikan yang bahkan sudah dengan jelas dinyatakan dalam alkitab. "akademik bagus = diberkati Tuhan, akademik jelek = dikutuk Tuhan" pun bentuk kemunafikan spiritual. kita bisa lihat sendiri bahwa ada orang menerima 5 talenta, ada yang 2 talenta, ada yang satu, masing-masing menurut kemampuannya. Tuhan memberi kemampuan kepada masing-masing orang berdasarkan standarNya sendiri.

"tubuh kita sehat = kita diberkati Tuhan. kita sakit = kita kena kutuk" pun bentuk kemunafikan spiritual karena manusia adalah mahluk yang rapuh sejak jatuh kedalam dosa sehingga tidak ada satu manusiapun didunia ini yang tidak mungkin jatuh sakit. lalu mengapa ada orang yang membentuk standar yang hanya bisa dipenuhinya sendiri dan mendukakan hati orang yang sedang menderita?

seberapa sering kita mematok standar spiritualitas yang harus diikuti orang yang hanya bisa kita penuhi, sementara Firman Tuhan tidak pernah mengajarkan hal itu; sementara Firman Tuhan bahkan lebih kaya dari standar remeh yang kita buat? betapa terasa mengerikannya ketika kita melihat kepada diri sendiri dan ternyata selama ini kita munafik dan Tuhan Yesus mengecam kita. kita tidak bisa mematok standar spiritualitas untuk diikuti orang lain selama kita sendiri masih pendek dan dangkal. mari terus belajar menggali Firman Tuhan supaya kekayaanNya bisa dibagikan pada semua orang dan jangan lupa kenakan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan.