biasanya natal itu identik dengan sukacita. Namun, kadang ada beberapa pihak yang justru merasa cemas, duka, sedih, suram, dan muram. kaum ini kadang bertanya mengapa hari natal diperingati begitu meriah sedangkan kaum mereka justru yang mengalami duka disaat natal tiba. mereka terus bertanya dan bertanya mengapa ini terjadi pada kaum mereka. kaum ini bahkan tidak bisa menghindar tatkala hari natal datang dan semua mata tertuju kepada mereka. mata yang melihat mereka dengan tajam dan teliti, penuh tatap serius, dan tiap individu dalam kaum mereka ditelisik satu per satu tanpa terkecuali.
seiring dengan semakin dekatnya natal, maka hilanglah satu persatu individu dalam kaum ini. orang tua kehilangan anak, anak kehilangan orang tua, saudara sekaum kehilangan kerabat. mereka diambil dan diungsikan dari tempat tinggal mereka dan mereka bahkan tidak tahu kemana mereka akan dibawa. tatkala mereka dibawa dan dikumandangkan lagu-lagu natal maka makin takutlah mereka seakan tak percaya nasib buruk akan menimpa mereka. kaum ini memang malang. mereka tidak bisa membela diri mereka sendiri dan mereka harus menyerah begitu saja pada nasib tatkala senjata tajam terhunus kepada mereka.
ya, mereka adalah kaum babi ternak, yang dimana sering dihidangkan dalam makan malam di malam natal. mereka yang semula hidup dikandang harus dibawa ke pemotongan agar mereka yang semula hanya dipanggil babi berubah nama menjadi babi panggang, babi kecap, babi rica-rica, saksang babi, dan lain sebagainya. nama mereka yang kerapkali digunakan manusia untuk mengumpat orang lain, tetapi ketika natal mahluk bernama babi ini justru dicari dan berguna sebagai hidangan lezat dimalam natal.
kita semua berharap bahwa para babi tidak hilang nafsu makan dan akhirnya mereka menjadi kurus ketika mereka mendengarkan lagu natal karena kalau mereka sampai kurus, maka hilanglah kesempatan bagi manusia untuk mendapatkan kualitas daging terbaik dari mahluk yang kerjanya cuma makan dan tidur ini.
No comments:
Post a Comment