Akhir-akhir ini netizen dihebohkan dengan diberinya label berbahaya pada kartun spongebob squarepants dan tom & jerry karena bermuatan kekerasan. Saya ingin memberi pendapat ringan tentang ini dari sebuah sudut pandang yang bisa kita kaji bersama.
Umumnya anak-anak menerima informasi tanpa mengolah baik atau tidaknya - benar atau tidaknya informasi tersebut. Masa kanak-kanak adalah masa dimana manusia meniru perilaku, perbuatan, dan aksi, baik dari orang tuanya, saudaranya, maupun lingkungannya. Memang benar bahwa perlu diberi penyaringan tentang konten yang harusnya di tonton oleh anak-anak karena sifat alamiah mereka untuk meniru sesuatu.
Menolak untuk lupa, saya ingin mengingatkan kita semua mengenai tontonan yang memang berbahaya untuk ditonton oleh anak-anak. Tayangan smack down atau WWE yang pernah mengisi linimasa televisi pernah dihentikan karena adegan gulat, lompat, salto, dan lain sebagainya yang ada di tayangan smack down ternyata ditirukan oleh banyak anak-anak. Korban pun berjatuhan, mulai dari cedera ringan, patah tulang, hingga tewas karena si anak jatuh dari ketinggian. Tayangan seperti ini memang tidak baik untuk dikonsumsi anak-anak. Buktinya sudah jelas dimana sudah jatuh korban. Tayangan yang membuat anak-anak menirukan hal-hal yang berbahaya memang harus dihentikan.
Mari kita kembali ke topik awal. Izinkan saya bertanya, pernahkah terjadi dalam ingatan kita semua, baik yang kita saksikan sendiri maupun yang kita lihat ditelevisi bahwa anak melakukan aksi kekerasan karena menonton kartun, seperti spongebob squarepants dan tom & jerry? Kalau harus meniru adegan di tom & jerry, pernahkah seorang anak melempar granat ke dalam sarang tikus untuk mengusir tikus yang mengganggu dirumahnya? Saya menonton tom & jerry sejak umur 6 tahun. Sudah lebih dari 18 tahun tom & jerry menjadi tontonan yang menyenangkan bagi saya dan selama itu juga saya belum pernah mendengar anak-anak mencakar atau memukul temannya hanya karena menonton tom & jerry
Saya pikir sekalipun anak-anak dalam fasa pertumbuhannya masih suka meniru, terutama meniru orang dewasa, anak-anak masih bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak. Smack down dimainkan oleh orang dewasa dan mereka nyata. Ini artinya bahwa di kenyataanpun hal itu bisa terjadi dan mungkin saja dilakukan. Dilain pihak, kartun adalah fiktif. Mereka tidak nyata dan hanya menjadi pemuas mata. Kartun bermanfaat untuk merangsang imajinasi, misalnya dalam hal menggambar. Argumen bahwa tom & jerry mengandung unsur kekerasan terasa mentah jika kita membandingkan ke dunia nyata dimana kucing bermusuhan dengan tikus dan kucing biasanya membunuh tikus. Bagaimana kita bisa menilai kartun mengandung unsur kekerasan dimana yang terjadi disana adalah sebuah proses alamiah yang hanya dimodifikasi sedemikian rupa agar memberi efek lucu dan menyenangkan?
Serial tom & jerry bukan dimainkan oleh manusia yang difigurkan menjadi kartun, melainkan oleh kucing dan tikus. Adakah kelak anak-anak akan menirukan kucing dan tikus dalam kehidupan mereka sehari-hari? Saya pikir tidak. Kepada para orang tua, pernahkah anak anda begitu ekstremnya menggunakan dinamit hanya untuk membunuh tikus? Itu akan terdengar sangat konyol jika ada didunia nyata.
Kita tidak perlu naif bahwa kita bisa menjauhkan anak-anak dari melihat kekerasan. Mereka pun pernah dihukum orang tuanya, bukan? Itupun "tindak kekerasan", bukan? Kalau melihat doraemon hari inipun, banyak hal yang tidak mendidik dari doraemon, seperti giant yang suka memukul, nobita yang malas belajar, cengeng, dan manja, suneo yang suka pamer, dan lain-lain.
Ini hanya masalah regulasi. Sepertinya di Indonesia belum bisa ditentukan tingkat keparahan dimana suatu tontonan anak-anak bisa digolongkan sebagai kategori mengajarkan kekerasan sehingga tidak layak ditonton oleh anak-anak. Terlalu naif bagi saya kalau kita menggolongkan suatu tontonan mengajarkan kekerasan hanya karena ada adegan kekerasan disitu. Kejar-kejaran antara kucing dan tikus adalah hal yang alamiah. Kita harus melihat apakah adegan tersebut potensial untuk ditiru anak-anak, seperti adegan smack down yang sudah saya contohkan diatas.
Hal yang paling penting adalah pendidikan anak tetap menjadi tanggung jawab orang tua. Orang tua harus tetap mendampingi anak-anak mereka ketika menonton televisi untuk memberi edukasi, bagaimana memilah mana yang baik dan tidak dari televisi. Pendidikan anak bukan semata-mata tanggung jawab sekolah, apalagi dengan kurikulum 2013 sekarang yang justru memberatkan para siswa sekolah sehingga mereka tidak memiliki banyak waktu berkualitas dirumah untuk menerima didikan orang tua, terkhusus dalam menonton televisi.
Semoga anak-anak indonesia boleh bertumbuh menjadi anak-anak yang cerdas, bertumbuh menjadi generasi yang akan membawa bangsa indonesia menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.