"Kapan wisuda?" atau "kapan lulus?" umumnya adalah pertanyaan yang mungkin menyakitkan bagi mahasiswa yang belum juga lulus. Sebenarnya yang saya pikirkan tentang ini adalah, apakah dalam konteks etiket kita boleh bertanya seperti itu pada seseorang?
Saya pikir rasanya tidak sopan jika kita bertanya hal seperti itu jika orang yang kita tujukan pertanyaan demikian tidak terlalu kita kenal dengan baik. memang pertanyaan "kapan wisuda?" sering jadi bahan canda tawa oleh sesama sahabat karib bagi teman mereka yang belum lulus untuk menghangatkan suasana saja. Namun, kalau kita bertanya pada orang yang baru kenal atau orang yang tidak terlalu kita kenal, hal itu akan terasa bagi orang itu seperti kita sedang mencoba mencabut giginya hahaha. Kadang kita mungkin tidak tahu kalau kita sedang berhadapan dengan orang yang bergumul berat soal studinya, entah karena kuliah atau skripsi yang tak kunjung beres, masalah keluarga, kesulitan keuangan, dan lain sebagainya. Ketidaktahuan kita yang diikuti dengan cepatnya kita berkata-kata akan sangat menyakiti orang lain. Jadi, sebaiknya pertanyaan demikian harus dilontarkan dengan hati-hati dengan melihat siapa orang yang sedang kita tanya.
Sebenarnya ada satu pertanyaan yang bisa menggantikan "kapan wisuda?" atau "kapan lulus?" untuk diberikan pada seseorang yang ingin kita ketahui apakah dia sudah lulus atau belum tanpa harus secara frontal menanyakannya, yaitu "apa masih di bandung?" jika yang bersangkutan berkuliah dibandung. Namun, intinya sama saja bahwa pertanyaan itu ditujukan untuk menanyakan apakah seseorang sudah lulus atau tidak. Jika seseorang berkuliah dibandung dan ternyata dia masih dibandung, ada kemungkinan dia belum lulus atau dia sudah lulus, tetapi belum kerja.
Ketika sedang dalam menyelesaikan tugas akhir, sering saya mendapat pertanyaan-pertanyaan, seperti "kapan wisuda?", "kapan lulus?", atau "apakah masih di Bandung?", bahkan ketiga pertanyaan itu pernah ditanyakan oleh orang yang sama. mungkin kalau pertanyaan pertama dan kedua bisa dijawab dengan, "di waktu yang tepat". Namun, pertanyaan ketiga ini sebenarnya sedikit terkesan lebih menyakitkan karena sisipan pertanyaan "kapan lulus?" itu tersirat didalamnya. bagaimana menjawabnya? jawab saja, "iya, masih dibandung" sambil menggerutu, "dasar ni orang, jago betul dia bikin pesan tersembunyi" hahahaha.
Diatas segalanya, kita perlu punya empati bagi mereka yang belum lulus karena mengalami suatu kendala yang nyatanya kita tidak bisa membantunya untuk menyelesaikannya. sebaiknya hindarilah bertanya, "kapan lulus?" kepada orang yang tidak terlalu kita kenal atau yang baru saja dikenal sebagai bentuk empati.
No comments:
Post a Comment