Monday, July 23, 2012

Berita yang terlewat dari kompleks taman hewan

setelah packing barang untuk bersiap pindah kost, saya yang baru sadar belum makan siang akhirnya memutuskan untuk membeli kolak disekitar kost. Akhirnya ketemu sebuah warung yang baru akan buka. Berhubung saya mengenal si ibu yang empunya warung, akhirnya saya duduk didalam warung sambil menunggu beliau menyiapkan kolaknya. ibu itu tinggal di sekitar kost saya dan beliau sangat ramah dan sering menyapa saya sehingga sayapun kenal beliau.

Sudah dua tahun saya tinggal didaerah taman hewan dan kurang lebih selama itulah saya mengenal ibu tersebut. sepintas tampak tidak ada beban diwajahnya. sambil menyiapkan kolak, kami pun mengobrol dan si ibu bercerita bahwa suaminya baru saja meninggal. Saya terkejut. suaminya merupakan orang yang biasanya menjaga warung nasi kuning didekat pintu gerbang taman hewan dan saya biasa sarapan disitu. setelah kolaknya tersedia, saya melanjutkan mengobrol dengan si ibu. sambil makan, ia bercerita kalau suaminya sudah 4 bulan dirumah sakit karena ada benjolan di paru-paru suaminya dan akhirnya meninggal. saya baru mendengar berita ini karena saya tidak tinggal dikost karena harus menjalani istirahat total pascakeluar dari rumah sakit. saya hanya bisa mengatakan turut berdukacita kepada si ibu dan si ibu hanya bisa tersenyum, tersenyum pedih, sembari menyiapkan dagangannya.

Seperti tidak ada beban. Di bulan ramadhan ini, ia kehilangan suaminya, dan sekarang ia harus menafkahi keluarga sendirian. Ia tidak mapan secara ekonomi, tetapi ia tetap terus bekerja. Selain itu, ia tetap ramah terhadap mahasiswa yang selalu dilihatnya. Ia tetap tersenyum sambil menyapa setiap mahasiswa yang dikenalnya, saya salah satunya. Seperti tiada beban, sekalipun dalam pikiran saya, saya yakin ibu ini sedang terpukul karena di tinggal suaminya.

ini suatu realita yang mencengangkan. Saya bisa melihat seseorang yang tidak larut dalam kesedihan sekalipun ditinggal orang terkasih, tetapi terus tersenyum ramah sambil meneruskan kehidupan yang kejam ini. Untungnya, tetangga sekitar dalam pandangan sayapun baik terhadap beliau. si ibu bersama ibu-ibu yang lain di kompleks saya tinggal sering berkumpul, bercengkerama, bertukar cerita sambil mengerjakan pekerjaan mereka meraih rupiah demi rupiah untuk meneruskan kehidupan.

kadang sebagai mahasiswa, kita sebenarnya tidak perlu untuk membuat program pengabdian masyarakat yang muluk-muluk untuk golongan masyarakat ini. yang seharusnya kita lakukan adalah membaur dengan mereka, mengambil bagian dalam kesedihan dan kegembiraan dalam masyarakat sekitar kita. Hal tersebut lebih disukai masyarakat dibandingkan jika sebagai mahasiswa kita datang untuk presentasi program pengabdian mayarakat ke ketua RT, lalu eksekusi dan kemudian habis.

suatu hikmah yang bisa dipetik, kita seharusnya jangan terlalu larut dalam kesedihan. sekalipun masih bersedih atau berduka, kita seharusnya tetap menegakkan kepala sambil menatap hari esok. kesusahan hari ini cukuplah untuk hari ini. Orang yang bijaksana dalam menilai hiduplah yang mampu bertahan dari ujian dan cobaan. Mari, jadilah bijaksana!

No comments:

Post a Comment