Tuesday, July 17, 2012

Jupe dan Gaston : sebuah sudut pandang

Anda yang berdomisili di Indonesia, terlebih anda yang suka menonton infotainment ditelevisi pasti tidak asing dengan kisah kasih Jupe dan Gaston, yaitu sebuah kisah kasih antara seorang selebritis dan seorang pesebakbola, dimana kisah kasih mereka tidak bisa dilanjutkan ke jenjang pernikahan karena hubungan jupe dan gaston ternyata tidak direstui oleh ibu dari jupe. Terlepas dari alasan sang ibu menolak gaston menjadi menantunya, ada satu hal dari kisah mereka yang ingin saya angkat. Sebenarnya masalah ini terlihat sepele dan mungkin luput dari perhatian kita, tetapi mari kita simak bersama.

Jupe adalah seorang artis. Ia lahir pada tahun 1980. Berhubung ia sekarang sudah berumur 32 tahun, maka sudah pantas baginya untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Gaston pun demikian. Ia lahir pada tahun 1985 dan ia pun sudah bisa menentukan jalan hidupnya sendiri.

Ada suatu hal yang menarik. Jupe dan Gaston tidak menikah karena tidak direstui ibu jupe. Pertanyaannya adalah, apakah ibu jupe tidak memikirkan kebahagiaan anaknya? bukankah jupe sudah dewasa dan bisa menentukan hidupnya sendiri? terlebih lagi dia adalah seorang selebritis. bukankah jupe bebas melakukan apa yang dia lakukan? termasuk didalamnya adalah menikah dengan siapapun yang dia mau?

sangat menarik untuk diperhatikan bagaimana ada kehidupan seorang selebritis indonesia yang masih dipengaruhi orang tua, mengingat begitu bebasnya kehidupan para selebritis, kawin-cerai, pacaran putus-nyambung, teman tapi mesra, dunia gemerlap, dll. saya melihat kejadian ini layaknya orang awam yang tidak tahu-menahu mengapa jupe tidak direstui ibunya menikah dengan gaston, atau apa alasan jupe mendengarkan perkataan ibunya. Ditengah pamor jupe sebagai selebritis yang kerap tampil seksi sehingga memicu kontroversi, ternyata dia tidak menikah dengan gaston karena faktor ibu, hal yang sungguh terlihat jarang diantara selebritis yang seera dengan jupe.

Terlepas dari semua sebab-akibat dari kisah kasih jupe dan gaston, kita sebenarnya perlu berpikir obyektif. zaman ini kita banyak menemukan bahwa sulit sekali seorang anak mendengarkan perkataan orang tua, apalagi jika orang tua tersebut sudah lanjut usia sementara anaknya sedang berada dipuncak karir, apalagi dengan tingkat akademik yang tinggi. Terkadang anak-anak menggunakan alasan bahwa pemikiran orang tua sudah kuno atau sudah tidak sesuai dengan apa yang ada dimasa sekarang sehingga nasihat orang tua hanya menjadi angin lalu ditelinga anak-anak. Lihat, selebritis seperti jupe lebih "memilih" mendengarkan ibunya dibanding menuruti ego pribadinya sendiri untuk menikah dengan gaston. lalu, bagaimana dengan anak muda zaman sekarang?

Berapa banyak anak muda selevel SMA yang masih bisa mendengarkan nasihat/perkataan orang tua? bagaimana dengan mereka yang sudah kuliah?

Memang benar adanya bahwa terkadang orang tua masih memegang prinsip-prinsip lama yang diterimanya, entah dari orang tuanya ataupun dari pengalaman hidupnya. Namun, bukankah nilai kehidupan harus tetap terpelihara? bukankah nilai kehidupan harus diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi ditengah era posmodernisme ini, dimana semua kebenaran menjadi relatif? Bukankah pewarisan nilai yang efektif merupakan salah satu pilar yang menopang jembatan guna mencapai tujuan pendidikan?

tidak ada salahnya mendengarkan nasihat orang tua, walaun nasihatnya seperti terdengar kuno. pengalaman hidup mereka adalah pelajaran yang sangat berharga yang dapat diperoleh generasi muda zaman ini karena hal tersebut belum tentu terulang. kita bisa menyebut bahwa apa yang dinasihatkan orang tua merupakan usaha mempertahankan idealisme atau mempertahankan nilai yang sejak lama ada supaya tidak hilang. baiknya kita menerima nasihat itu, setidaknya untuk menambah khasanah berpikir kita, atau jika lebih, bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita akan sesuatu.

mari kita belajar untuk lebih mendengarkan, bukan didengarkan. hendaknya kita tidk cepat untuk berbicara, tetapi dengan penuh kesabaran dan kerendahan hati mau mendengarkan, siapapun dia.


No comments:

Post a Comment