Wednesday, April 22, 2015

studi yang menjadi berkat

menjadi berkat artinya bahwa kita bisa membawa kebaikan bagi orang lain yang kemudian membuat orang yang menerima kebaikan itu memuliakan Tuhan. Maka, untuk menjadi berkat, setidaknya ada tiga komponen yang patut diperhatikan, antara lain adanya orang lain yang menjadi tujuan, adanya kebaikan yang diberikan, dan kemuliaan bagi Tuhan dipanjatkan. lalu, bagaimana studi kita dapat menjadi berkat?

kadang saya merasa geli dengan orang yang berkata, "saya studi dengan baik, raih IPK setinggi-tingginya agar studi saya menjadi berkat". Perlu anda tahu, anda kuliah supaya indeks prestasi anda tinggi, IPK itu untuk anda sendiri. anda belajar keras, anda sendiri yang pintar. kalau semua studi dan hasilnya memang untuk diri sendiri, dimana letaknya hasil studi itu bisa jadi berkat? itu kan IPK anda, bukan IPK orang lain. anda mau studi anda jadi berkat, harusnya ada yang bisa anda bagikan kepada orang lain terkait studi anda baru bisa disebut studi anda jadi berkat. misalnya saja, anda yang pintar belajar keras kemudian dapat nilai bagus, itu untuk anda sendiri. Namun, kalau anda mengajari mereka yang lama dalam memahami materi kuliah, itu baru studi anda jadi berkat. Kalau anda memiliki nilai bagus, memangnya orang lain harus bilang "wow"? Namun, ketika anda membuat orang lain paham dengan mengajari mereka, anda jadi berkat bagi mereka.

studi kita jadi berkat kalau hasil pembentukan pola pikir kita selama studi kita gunakan untuk mencerdaskan orang yang belum paham, mencerahkan mereka yang belum mengerti, dan berbagi kepada mereka yang tak kuasa untuk mengenyam studi. Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk belajar bukan semata - mata agar kita bisa memelihara kehidupan kita selama didunia dengan ilmu kita, tetapi agar kita bisa jadi berkat bagi orang lain. Ingat tiga komponen yang diatas. menjadi berkat butuh komponen "orang lain". kita tidak bisa mengabaikan keberadaan orang - orang disekeliling kita ketika kita hendak menjadi berkat. Jangan menjadi naif, atau bahkan jatuh kedalam kesombongan terselubung. saya kadang menyesalkan masih ada kaum (yang katanya) intelektual yang menghina orang - orang yang mereka sebut bodoh karena tidak mampu memahami keilmuan mereka yang mereka pikir sulit sedunia (padahal tidak). mungkin mereka lupa darimana mereka bisa membiayai kuliah mereka itu. bukankah berkat datang dari Tuhan agar orang bisa membiayai studinya? Ilmu jangan hanya bermanfaat bagi diri sendiri. orang percaya diberkati untuk menjadi berkat dengan cara berbagi pada orang lain, bukannya menganggap orang lain bodoh dan tak intelek.
kita hidup di zaman dimana orang - orang lebih mementingkan diri sendiri, tetapi kehilangan empati pada orang lain. Namun, mereka akan berisik ketika kenyamanan mereka diusik. Menjadi berkat melalui studi juga harus mampu keluar dari zona nyaman, mencerdaskan, dan tak menyerah kepada mereka yang mungkin masih keras kepala untuk menerima apa yang kita berikan. Dalam hal ini kenakanlah kasih, dimana kita melakukannya sebagai perpanjangan kasih Kristus pada dunia. Ingatlah, Yesus selama didunia pun mengajar juga. IA mengajar dengan penuh kuasa, tidak seperti ahli agama orang israel di era itu. Yesus adalah terang dunia, tetapi IA tidak pasif. IA pergi dan bertindak untuk orang lain.

Orang percaya harus menyadari bahwa pasti ada berkat yang Tuhan berikan pada mereka untuk bisa memberkati orang lain, entah itu uang, kepandaian, kemampuan khusus, dll. Jika sadar telah diberkati, hendaknya kita memberkati juga. selamat menjadi berkat.

pelayananan yang istimewa

adakah pelayanan yang istimewa itu? mungkin ada jika ditinjau dari sudut pandang manusia. Namun, apakah dimata Tuhan, pelayanan yang dilakukan oleh orang kristen itu istimewa?

menarik jika kita melihat siapa saja yang terlibat mendukung pelayanan Yesus selama IA melayani. lukas 8 : 1 - 3 mencatat ada sejumlah perempuan yang melayani Yesus, antara lain perempuan - perempuan yang dilepaskan dari roh jahat, seperti maria magdalena. ada juga yohana istri khuza bendahara herodes, susana dan perempuan lain. orang - orang ini melayani Yesus dan murid - murid-Nya dengan kekayaan mereka. Diantara orang - orang ini, ada istri orang penting dalam pemerintahan saat itu. selain itu, perempuan - perempuan ini adalah orang - orang berada. Namun, apakah Yesus memandang orang - orang ini istimewa? apakah istimewa atau sesuatu hal yang luar biasakah pelayanan yang dilakukan perempuan - perempuan ini?

Yesus tidak menganggap remeh pelayanan orang - orang yang melayani Dia. IA terima kepala-Nya diminyaki; IA terima kaki-Nya dibasuh dengan air mata. IA menerima segala bentuk pelayanan yang dilakukan untuk-Nya, tetapi dimata-Nya pelayanan adalah wajar. Bukanlah hal yang istimewa bagi Yesus ketika orang - orang melayani Dia karena melayani adalah wajar dilakukan oleh umat-Nya. Jadi, alangkah tidak wajarnya manusia kalau tidak melayani Tuhannya, bukan?

Banyak pelayanan yang bisa diambil di gereja, entah petugas kebaktian atau pelawatan. Namun, siapapun yang terlibat dalam pelayanan tidak bisa memandang dirinya sendiri istimewa karena ia melakukan sesuatu yang luar biasa dimata manusia karena Tuhan tidak memandang pelayanan itu sebagai sesuatu yang "wah" atau "amazing", tetapi IA memandang wajar pelayanan itu. ketika paduan suara menyanyi dengan merdu, pantaskah mereka memandang itu istimewa? Tidak! Malaikat di surga bisa lebih merdu lagi memuji Tuhan di dalam kekekalan. Pelayanan itu menjadi kewajaran bagi dimata Tuhan. Ketika orang di kebaktian bisa bermain musik dengan indah, apakah itu istimewa di mata Tuhan? Tidak! Hal itu wajar dimatanya. ketika pengkhotbah bisa berkhotbah dengan baik, pantaskah ia memandang itu istimewa? Tidak! Firman yang ia khotbahkan itu sudah ditulis terlebih dahulu dan ia hanya mempelajarinya dalam kekinian. segala hikmat untuk melakukan pelayanan datangnya dari Tuhan sendiri sehingga tidak seorangpun boleh memegahkan diri atau memandang istimewa apa yang dilakukannya. pelayanan dalam bentuk apapun adalah wajar bagi Tuhan.

Karya penyelamatan Yesus di atas kayu salib adalah tanda bukti bahwa utang hukuman karena dosa telah dilunasi. manusia sudah ditebus melalui kematian-Nya. Umat yang mengaku percaya kepada Kristus harus menyadari bahwa dirinya bukan untuk dirinya lagi, tetapi untuk IA yang sudah menebusnya. "karena engkau telah dibeli dengan harga yang telah lunas dibayar, maka muliakanlah Allah dengan tubuhmu". memuliakan Allah adalah kewajiban orang percaya yang dimata Allah adalah suatu kewajaran sehingga hendaknya dilakukan dengan segala kerendahan hati dan penuh ucapan syukur.

Tuesday, April 21, 2015

akhir segala omong kosong

"antara lolos atau lulus". Hal itulah yang saya pikirkan ketika saya melangkah memasuki gedung sasana budaya ganesha untuk hadir di sidang terbuka wisuda II tahun akademik 2014/2015 ITB dengan menggunakan jas dan toga. ya! saya di wisuda! tentu saja, momen seperti ini akan membuat seseorang mengingat kembali apa saja yang pernah terjadi di masa lalu, tak terkecuali saya.

saya menamatkan sekolah di SMA Negeri 3 Merauke tahun 2008  dan kemudian hijrah ke bandung. berkali-kali saya mengikuti ujian masuk PTN, tetapi tidak diterima sehingga saya memutuskan untuk belajar lagi setahun karena saya pikir saya tidak cukup kompetitif untuk bersaing dengan siswa - siswa di pulau jawa dengan kemampuan saya saat itu. alhasil, saya belajar setahun dan berhasil diterima di fakultas teknik pertambangan dan perminyakan ITB melalui SNMPTN tahun 2009. Hasil yang begitu menggembirakan bagi saya karena pengorbanan setahun kebelakang akhirnya berbuah manis. Tuhan menyertai saya dan saya bersyukur atas hal itu.

Mampu lulus melalui SNMPTN di ITB mungkin suatu fenomena biasa untuk siswa-siswa di pulau jawa, tetapi tidak bagi saya yang berasal dari merauke ini. diterimanya saya di ITB membawa pertanyaan besar bagi beberapa orang di tempat asal saya bagaimana seseorang yang berasal dari merauke bisa diterima di ITB (apalagi lewat SNMPTN dengan tingkat persaingan skala nasional sebab saya mengikuti SNMPTN di bandung kala itu). beragam pertanyaan dilontarkan kepada orang tua saya, misalnya "memangnya bayar berapa ratus juta sampai bisa masuk ITB?", atau "masuk ITB memangnya bisa pakai orang dalam ya? siapa?", bahkan ada yang menanggapi, "sejak kapan anak merauke bisa tembus UMPTN (saat itu SNMPTN) ke ITB? bayar berapa sih?". saya hanya tertawa saja mendengar itu. mana mungkin saya bisa membayar ratusan juta untuk sumbangan atau apalah itu namanya atau menyogok, atau menggunakan cara - cara kotor. kalau misalkan saya masuk dengan cara curang pun, saya tidak akan diwisuda, tetapi di DO. mungkin memang saya terlihat terlalu kecil untuk bisa berdiri sebagai mahasiswa ITB kala itu, yang kemudian saya mengamini itu sebagai kebenaran selama menjalani proses perkuliahan. saya adalah kecil untuk institusi yang besar ini, tetapi saya hanya bisa menerima hal itu dengan lapang dada.

saya memang tidak memiliki prestasi akademik yang gemilang selama di ITB. masalah yang saya hadapi juga banyak, mulai dari masalah kesehatan (saya sering sakit selama kuliah, dari yang ringan hingga parah), beberapa mata kuliah yang tak kunjung lulus, beberapa oknum yang menyebalkan (entah itu sok tahu, sok asik, sok urus hidup orang kayak dia udah paling benar), dll. Namun, banyak hal yang saya pelajari selama di kampus yang kemudian membentuk saya sebagaimana adanya saya sekarang.

saya ingin tahu kira - kira apa yang akan dikatakan oleh orang - orang yang tak percaya saya masuk ITB ketika mereka mendengar saya sudah lulus dari ITB. ya! saya melangkah dari omong kosong yang satu ke omong kosong yang lain untuk sampai di titik ini; titik dimana saya bisa berhasil menyelesaikan studi di ITB. letak kepuasannya adalah saya menyelesaikan apa yang sudah saya mulai. sudah selesai! saya sebenarnya tidak terlalu bangga akan kelulusan (yang telat) ini, tetapi saya tidak kecewa juga. Namun, diatas segalanya, kebanggan menjadi milik orang tua saya ketika mereka melangkah kedalam sabuga untuk menyaksikan anaknya diwisuda di institusi pendidikan teknik terbaik (katanya) di Indonesia.

life must go on. saya mungkin akan pergi kelak ke suatu tempat yang saya tidak pernah ketahui sebelumnya. Namun, kiranya masa depan yang penuh harapan menanti didepan. semoga!

"...banyak hal tak kupahami pada masa menjelang,
tapi t'rang bagiku ini,
tangan Tuhan yang pegang"


Friday, April 17, 2015

pergi bersama, pulang bersama

sudah beberapa berita tentang tersesatnya pendaki di gunung yang sudah pernah saya daki. ada yang ditemukan selamat, ada yang ditemukan telah tewas. kejadian - kejadian ini harusnya jadi pelajaran bagi mereka penggiat aktivitas alam bebas untuk memperhatikan manajemen kelompok.

"go ahead as team, go home as team", setidaknya itulah yang harus menjadi prinsip ketika kita mendaki bersama orang lain. jangan ada "si cepat" yang berjalan terlalu didepan karena ia punya potensi untuk tersesat. jangan juga ada "si lambat" yang terlalu jauh tertinggal dibelakang. banyak kasus kejadian pendaki tersesat sendirian karena terpisah dari kelompok. yang saya pertanyakan adalah, hal itu terjadi karena tersesat atau karena ditinggal anggota kelompok yang lain?

jangan pernah meninggalkan anggota tim sendirian didepan ataupun dibelakang. berangkat bersama, pulang harus bersama pula, dan jangan saling meninggalkan. tidak ada yang dikejar ketika kita pergi dan kita tak perlu terburu-buru untuk pulang (kecuali kalau anda adalah seorang solo trekker). kalau ada kejadian seorang pendaki tersesat sendirian, harusnya seluruh anggota kelompok dalam tim itu mengoreksi diri masing - masing. mungkin pendapat berikut ini tidak universal, tetapi "muka asli" seseorang akan tampak ketika beraktivitas di alam, siapa yang egois, siapa yang mementingkan diri sendiri, siapa yang lemah mental, siapa yang panjang sabar. alangkah menyedihkannya apabila salah satu teman sependakian tersesat sendirian hanya karena keegoisan teman - temannya yang ingin sampai terlebih dahulu.

kerjasama tim serta kekompakan tim harus dijaga dalam pendakian. lebih dari itu, anggaplah bahwa anggota tim adalah saudara dimana kita bisa saling menjaga dan saling peduli dalam pendakian. kepedulianlah yang dapat membuat seluruh anggota tim sampai tujuan dengan selamat dan pulang kembali dengan selamat pula. selamat mendaki, salam lestari!

Thursday, April 16, 2015

Ironi legalisasi miras

apa yang terjadi jika minuman keras (miras) menjadi legal? apakah akan menimbulkan masalah? apa yang terjadi jika minuman keras menjadi ilegal? apakah akan menyelesaikan masalah?

Baik legal maupun ilegal, miras tetap punya potensi menimbulkan masalah, baik masalah kesehatan maupun kekacauan yang mungkin dapat timbul akibat orang-orang yang mabuk karena terlalu banyak mengonsumsi miras. Miras jika legal akan sangat mudah ditemukan sehingga mudah dijangkau konsumen dan harganya murah, sementara miras jika ilegal akan sulit didapatkan dan harganya mahal. Namun, sebagai komoditas dagang, legal atau ilegal pun miras tetap dapat sampai ke lingkungan sekitar kita. baik status legal atau ilegal pun kita tidak dapat menjauhkan miras dari lingkungan kita. bahkan, semakin dicari, semakin dilarang, miras tetap hadir dan makin mahal.

menurut saya, mungkin lebih baik jika miras menjadi legal, dalam konteks harus mendapat izin penjualan, harus jelas merknya dan terdaftar pada badan milik negara yang mengatur tentang bahan makanan dan obat-obatan, kadar alkoholnya, kandungan lain didalam miras, pembatasan usia pembeli, bila perlu miras yang beredar harus dijual di toko khusus minuman keras sehingga peredaran miras yang memenuhi syarat edar dapat dipantau.

alangkah baiknya juga apabila kita yang masih terbiasa mengonsumsi miras untuk mengurangi konsumsi miras kita, baik volume maupun kadar, bukan untuk mabuk-mabukan, tetapi untuk menghangatkan badan dikala cuaca dingin atau mempererat pertemanan sesama penggiat minuman.

Wednesday, April 15, 2015

Tips memilih buah manggis yang baik

mama saya akhir-akhir ini doyan sekali memakan buah manggis. karena sering membeli, saya jadi paham bagaimana memilih buah manggis yang masih dalam kondisi baik

Pertama, pilihlah buah yang lunak kulitnya. semua buah manggis yang saya beli yang kulitnya sangat keras dan sulit dibuka bahkan dengan menekan sekuat tenaga didalamnya ternyata sudah busuk.
kemudian, pilihlah buah manggis yang warnanya tidak terlalu gelap. pilihlah buah manggis yang warnanya ungu tua atau yang sedikit terang.

kemudian, pilihlah buah yang bersih tanpa ada bercak kuning diluar kulit manggis yang akan dibeli. bercak kuning tersebut dapat menembus kulit manggis dan merusak buah yang ada didalamnya. saya tidak tahu apa gerangan bercak kuning itu, tetapi sepertinya bercak kuning itu adalah sejenis jamur.
tidak jadi masalah jika teman-teman membeli buah yang berukuran besar atau kecil selama memang buah manggisnya sudah matang. buah yang kecil tidak berbiji sehingga bisa langsung dikunyah dan ditelan.

terakhir, jika memang tidak ada buah manggis ditempat teman-teman, ada kabar gembira untuk kita semua.

Saturday, April 11, 2015

Pepaya dalam gerobak

Suatu pagi, bangunlah seorang pemuda berumur perak dari tidurnya. Keluarlah ia dari kamarnya untuk mencari makanan untuk sarapannya. Pergilah ia ke warung langganannya dan makanlah ia. Setelah itu, ia pergi mencari buah untuk pencuci mulut. Maka bertemulah ia dengan seorang pria paruh baya sedang mendorong gerobak yang berisi berbagai macam buah. Didatanginyalah gerobak itu sambil melihat-lihat isinya.

Diantara buah-buahan di gerobak itu, pepayalah yang sangat menarik hatinya. Warnanya oranye kemerahan, terlihat menarik, dan tampak lezat. Dibelinya empat bungkus pepaya yang sudah dipotong kecil-kecil dan dibawanya pulang. Dimakanlah olehnya dua bungkus pepaya lalu mandi dan pergi. Ditinggalkannya dua bungkus pepaya untuk dimakan malam harinya.

Malam hari, pulanglah ia. Dilihatnya dua bungkus pepaya yang masih terlihat menarik itu. Diambilnya sebungkus dan akan dimakannya. Namun, sebelum potongan pertama masuk ke mulutnya, curigalah ia. Diciumnya seluruh pepaya dalam bungkusan itu dan terkejutlah ia. Aroma yang diciumnya bukan aroma buah, tetapi aroma pemanis makanan buatan. Curigalah ia bahwa pepaya itu telah dicampur dengan pemanis buatan sehingga dibuangnyalah kedua bungkus pepaya itu.

Esok harinya, dibelinyalah pepaya dari pasar yang masih utuh yang belum dikupas. Dikupasnyalah pepaya itu dan terkejutlah ia. Pepaya yang dikupasnya begitu manis, tetapi berwarna lebih pucat dibanding pepaya yang ia beli kemarin. Curigalah ia bahwa pepaya yang dibelinya kemarin tidak hanya diberikan pemanis buatan, tetapi juga pewarna, yang tidak diketahuinya apakah pewarna tersebut merupakan pewarna makanan atau pewarna bahan lain.

Sejak saat itu, ia makin berhati-hati ketika membeli buah. Tidak mau dibelinya lagi buah yang sudah dikupas, tetapi dibelinya buah yang masih utuh. Ia sadar bahwa pedagang buah pun dapat berlaku kotor dan licik supaya dagangannya laku. Ia pun menghimbau orang lain agar berhati-hati dalam membeli buah digerobak.

Pembajakan

Teknologi semakin lama semakin maju, termasuk teknologi audio visual. Kemajuan ini juga mengakibatkan dampak negatif, yaitu maraknya pembajakan, baik film maupun musik. Hal ini tidak bisa dihindari mengingat bahwa sekarang ini mudah sekali bagi seseorang untuk mengakses informasi.

Hal yang menarik adalah ketika film-film layar lebar asal holliwood justru meraup untung jutaan dolar diseluruh dunia ditengah maraknya pembajakan. Dalam pengamatan saya, mungkin hal ini disebabkan karena orang-orang yang menonton film tersebut lebih suka menonton di bioskop dibanding menonton file bajakan dilaptop ataupun membeli kepingan DVD bajakan. Rasanya tidak seru dan tidak hidup kalau film tidak ditonton dibioskop dengan layar lebar, bahkan dengan kualitas gambar 3D yang dilengkapi dengan kualitas audio yang baik pula.

Bagaimana dengan musik? Dalam pengamatan sepintas saya, band-band atau musisi asal negeri paman sam rutin mengadakan tur, entah itu dalam lingkup amerika serikat saja atau merambah berbagai benua hingga eropa dan asia. Berbagai konser band besar begitu tumpah ruah oleh penonton ditengah pembajakan yang marak sekarang. Menurut saya mungkin hal ini disebabkan oleh hal yang sama seperti yang terjadi pada penikmat film, yaitu rasanya kurang seru kalau tidak menikmati penampilan langsung musisi pujaan dipanggung.

Intinya mungkin sama. Sebanyak apapun file bajakan yang kita punya, kita tetap membutuhkan sesuatu yang sangat penting dalam menikmati suatu karya seni, yaitu suasana. Kemajuan teknologi bisa memudahkan kita mendapatkan berbagai informasi di internet, tetapi tempat, waktu, dan situasi tidak bisa diberikan oleh internet. Kita perlu menyaksikan langsung suatu karya seni dalam suatu keadaan nyata, dimana kita merasa seperti berinteraksi dengan karya seni itu, seperti yang terjadi di bioskop, atau bahkan kita benar-benar berinteraksi dengan idola kita ketika berada di konser. Mungkin diwaktu-waktu mendatang kita yang ada di Indonesia akan sering didatangi musisi dari luar negeri dan sekalipun kita punya banyak karya mereka yang kita bajak dari internet, kita tetap akan mengumpulkan uang untuk menonton secara langsung penampilan idola kita.

Monday, April 6, 2015

Ada apa gerangan?

Pertanyaan pertama selalu "sudah lulus belum?",

Kemudian, dipercakapan berikutnya,

Pertanyaan pertama, "sudah wisuda belum?"

Kemudian dipercakapan berikutnya,

Pertanyaan pertama, "masih dibandung?"

Polanya adalah, makin lama makin halus.

"Masih dibandung?" Adalah pertanyaan yang sama esensinya dengan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya karena begitu dijawab "ya", tandanya belum beres kuliah. Intinya sama saja, ingin menanyakan apakah saya sudah selesai studi S-1 atau belum kemudian nihil tanggapan lagi. Apa pentingnya informasi selesai atau tidaknya studi saya baginya? Apakah ia peduli? Saya pikir tidak. 

28 maret 2015, saya terima ijazah itu dengan menggunakan jas dan toga lengkap, disambut dipintu gerbang oleh pasukan merah yang siap mengarak. Hadiah yang saya terima pun tak kalah banyak, mulai dari bunga, boneka, kue, coklat, batu, dll. Bunga itu saking banyaknya dapat ditampung di ember, dan jika saya membawanya mungkin saya akan terlihat seperti penjual bunga di pinggir jalan yang menjual dagangannya dengan ember. Lalu, dimana dia? Mungkin dia tidak ada disana karena keterbatasan ruang dan waktu. Biarlah. Itu haknya.

Sudah beberapa hari berlalu sejak hari itu. Mungkin hingar bingarnya sudah berakhir, tetapi penasaran tak kunjung hilang. Sudah selesai. Lalu, adakah ucapan selamat darinya? Sedikitpun tidak. Lalu, untuk apa pertanyaan "sudah lulus?", "sudah wisuda?", serta "masih dibandung?" diwaktu-waktu sebelumnya? Apa artinya lulus baginya? Apa artinya wisuda baginya? Apa artinya keberadaan saya dibandung baginya kalau hal itu hanya sekedar saja? Apa artinya semua itu jika hanya jadi pemanis percakapan walau sebenarnya tawar dan tak berguna?

Jikalau memang waktunya tiba, kata yang tak kunjung keluar untuk menjelaskan letak kesalahan dan yang berakhir dengan kepergian tanpa kata, lalu apa artinya semua kata rohani dan semua dukungan yang katanya dibawakan dalam doa itu? Ya! Itu hanyalah sebuah formalitas dan pelarian dari seseorang yang sedang putus asa dengan keadaannya yang tak seindah harapan. Ia yang dicampakkan kemudian mencampakkan.

Lalu, mengapa harus saya? Ada apa gerangan?