"antara lolos atau lulus". Hal itulah yang saya pikirkan ketika saya melangkah memasuki gedung sasana budaya ganesha untuk hadir di sidang terbuka wisuda II tahun akademik 2014/2015 ITB dengan menggunakan jas dan toga. ya! saya di wisuda! tentu saja, momen seperti ini akan membuat seseorang mengingat kembali apa saja yang pernah terjadi di masa lalu, tak terkecuali saya.
saya menamatkan sekolah di SMA Negeri 3 Merauke tahun 2008 dan kemudian hijrah ke bandung. berkali-kali saya mengikuti ujian masuk PTN, tetapi tidak diterima sehingga saya memutuskan untuk belajar lagi setahun karena saya pikir saya tidak cukup kompetitif untuk bersaing dengan siswa - siswa di pulau jawa dengan kemampuan saya saat itu. alhasil, saya belajar setahun dan berhasil diterima di fakultas teknik pertambangan dan perminyakan ITB melalui SNMPTN tahun 2009. Hasil yang begitu menggembirakan bagi saya karena pengorbanan setahun kebelakang akhirnya berbuah manis. Tuhan menyertai saya dan saya bersyukur atas hal itu.
Mampu lulus melalui SNMPTN di ITB mungkin suatu fenomena biasa untuk siswa-siswa di pulau jawa, tetapi tidak bagi saya yang berasal dari merauke ini. diterimanya saya di ITB membawa pertanyaan besar bagi beberapa orang di tempat asal saya bagaimana seseorang yang berasal dari merauke bisa diterima di ITB (apalagi lewat SNMPTN dengan tingkat persaingan skala nasional sebab saya mengikuti SNMPTN di bandung kala itu). beragam pertanyaan dilontarkan kepada orang tua saya, misalnya "memangnya bayar berapa ratus juta sampai bisa masuk ITB?", atau "masuk ITB memangnya bisa pakai orang dalam ya? siapa?", bahkan ada yang menanggapi, "sejak kapan anak merauke bisa tembus UMPTN (saat itu SNMPTN) ke ITB? bayar berapa sih?". saya hanya tertawa saja mendengar itu. mana mungkin saya bisa membayar ratusan juta untuk sumbangan atau apalah itu namanya atau menyogok, atau menggunakan cara - cara kotor. kalau misalkan saya masuk dengan cara curang pun, saya tidak akan diwisuda, tetapi di DO. mungkin memang saya terlihat terlalu kecil untuk bisa berdiri sebagai mahasiswa ITB kala itu, yang kemudian saya mengamini itu sebagai kebenaran selama menjalani proses perkuliahan. saya adalah kecil untuk institusi yang besar ini, tetapi saya hanya bisa menerima hal itu dengan lapang dada.
saya memang tidak memiliki prestasi akademik yang gemilang selama di ITB. masalah yang saya hadapi juga banyak, mulai dari masalah kesehatan (saya sering sakit selama kuliah, dari yang ringan hingga parah), beberapa mata kuliah yang tak kunjung lulus, beberapa oknum yang menyebalkan (entah itu sok tahu, sok asik, sok urus hidup orang kayak dia udah paling benar), dll. Namun, banyak hal yang saya pelajari selama di kampus yang kemudian membentuk saya sebagaimana adanya saya sekarang.
saya ingin tahu kira - kira apa yang akan dikatakan oleh orang - orang yang tak percaya saya masuk ITB ketika mereka mendengar saya sudah lulus dari ITB. ya! saya melangkah dari omong kosong yang satu ke omong kosong yang lain untuk sampai di titik ini; titik dimana saya bisa berhasil menyelesaikan studi di ITB. letak kepuasannya adalah saya menyelesaikan apa yang sudah saya mulai. sudah selesai! saya sebenarnya tidak terlalu bangga akan kelulusan (yang telat) ini, tetapi saya tidak kecewa juga. Namun, diatas segalanya, kebanggan menjadi milik orang tua saya ketika mereka melangkah kedalam sabuga untuk menyaksikan anaknya diwisuda di institusi pendidikan teknik terbaik (katanya) di Indonesia.
life must go on. saya mungkin akan pergi kelak ke suatu tempat yang saya tidak pernah ketahui sebelumnya. Namun, kiranya masa depan yang penuh harapan menanti didepan. semoga!
"...banyak hal tak kupahami pada masa menjelang,
tapi t'rang bagiku ini,
tangan Tuhan yang pegang"
No comments:
Post a Comment